Mohon tunggu...
Tatiana Dayana
Tatiana Dayana Mohon Tunggu... Buruh - Makhluk Neverland

Aku bukan penikmat rindu, kopi, senja. Aku penikmat Kamu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak-Sajak Seorang Karibku

25 Juni 2019   01:00 Diperbarui: 9 Oktober 2021   23:32 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lamunan hangat dari seseorang yang kurang semangat

Melamun tentang bahagia dimasa nanti

Bahagia dengan diri sendiri yang dahulu pernah dianggap "Tak Tahu Diri"

Perihal tentang orang yang mengalami kesedihan...

Dia mencoba menghapus jejak lukanya didepan cermin       

Dalam kegelapan dia menjelma sebagai lilin

Terang, hangat, menyala, namun perlahan mencair sebagai keputusasaan...

Kadangkala, malam adalah hal paling indah untuk mengenang kenangmu.

Dalam gelap, ku berlindung sambil mengingat masa dimana aku menatap ketikan pahitmu dilaman chattingku

Aku merindu seperti umumnnya rasa candu

Karena, denganmu..

Memiliki adalah keikhlasan terpenjara walau kepadaku kau sajikan rasa duka lara

                   

Perihal senja dan lembayung yang kau lihat kemarin sore

Ada tersirat makna bahwa kenapa langit bermuram kelam

Dari eloknya langit sore

Kau seharusnya belajar betapa sopannya sang semesta berpamitan lewat indahnya kepergian langit senja

Tidak seperti dirimu, wahai saudari

Yang mengangkat kaki tanapa ada kata "DAMAI"

                          

Cukup sudah cerita panjang yang pernah terucap.

Cukup sudah secuil harapan tentang makna memiliki yang dahulu diingini.

Pada kesempatan terburuk ini, aku terhanyut dalam fase mengerikan

Yaitu, merasakan sepi ditengah keramaian

Sembari aku manatap luka, apa salahnya jika tawa juga seharusnya ku nikmati dengan amat bahagia

Dengan penuh bahagia, wajah merona menutupi katup luka

Aku mengharap ada duka menghampirimu juga.

Bukan dari segi dendam yang meredam, tapi dari sisi kemanusiaan.

Kau juga pasti tau, bahwa rasa gundah gulana bisa menghilangkan tawa

                      

Predrikus Rama, penghuni Kota Intan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun