Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Proses Menjadi Seorang Ibu yang Tangguh

20 Maret 2021   10:46 Diperbarui: 20 Maret 2021   10:49 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary, aku ingin bercerita tentang pengalamanku menjadi seorang ibu yang memiliki peran ganda yaitu sebagai guru di sekolah dan menjadi ibu bagi anakku satu-satunya.

Untuk mewujudkan keinginan mendapatkan buah hati, mulai dari enam bulan usia pernikahan aku dan suami terus melakukan banyak usaha dengan berobat ke dokter dan ke alternatif serta terus berdoa. Setelah empat tahun menunggu, pada tanggal 2 Juli 2009 akhirnya kami memiliki seorang anak laki-laki yang dilahirkan melalui proses operasi sesar karena posisi bayi yang sungsang.

Diary, pada saat melahirkan usiaku di atas 30 tahun dan tidak memiliki ibu. Aku tinggal di rumah bersama dengan ayahku, sedangkan suamiku bekerja di Cianjur. Sehari setelah pulang dari Rumah Sakit, suamiku pulang dulu ke rumahnya karena pada saat itu menjadi panitia pemilihan Presiden di kampungnya dan datang lagi keesokan harinya.

Sebulan kemudian setelah acara aqiqah, aku ikut suamiku ke rumah mertua dan tinggal di sana sampai masa cutiku selesai. Ada kakak ipar yang membantuku marawat ananda, sehingga aku merasa terbantu sekali.

Aku kembali ke rumah setelah selesai cuti dan memulai aktivitas mengajar di sekolah. Untuk membantu mengasuh ananda, aku dibantu oleh adiknya ayah yang rumahnya cukup jauh, Bibi akan datang ke rumah setiap pagi jam 06.00 dan pulang setelah sholat ashar.

Diary, pada awalnya aku merasa repot karena harus bekerja dan memiliki anak yang masih kecil. Suamiku masih bekerja di Cianjur dan seminggu dua kali baru berkunjung. Bila sore sampai malam aku hanya berdua dengan ayahku, dan pada saat aku akan melaksanakan sholat maka ayah yang membantu menunggu ananda sebentar.

Aku bersyukur karena ananda sejak kecil tidak rewel dan tidurnya selalu nyenyak sehingga jarang terjaga di malam hari. Ketika ananda bangun tengah malam, langsung diberi minum susu formula dan akan langsung tidur lagi sampai shubuh. Aku tidak memberikan ASI kepada ananda, karena pada saat melahirkan melalui operasi sesar ASInya tidak keluar.

Setiap pagi aku akan memanggil kedua keponakanku yang rumahnya bersebelahan untuk menunggu dan mengajak ananda mengobrol, sehingga aku bisa memasak dan mencuci baju sampai bibi yang mengasuh datang. Kedua keponakanku juga akan pulang untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah, yang besar sekolah di SD sedangkan adiknya sekolah di TK.

Ananda akan aku mandikan terlebih dahulu, setelah itu aku sarapan dan siap-siap untuk berangkat kerja. Aku akan mencium keningnya, dan membiasakan ananda mencium tanganku sebelum pergi. Ananda akan langsung anteng bersama bibi dan tidak pernah sekalipun menangis melihat ibunya berangkat. Aku merasa ananda sudah pengertian dari kecil, seperti yang sudah paham kondisi ibunya. Aku bersyukur, Allah Maha Baik terhadapku.

Diary, pada saat ananda berusia 8 bulan seperti biasa aku berangkat ke sekolah pagi hari. Pada saat itu, aku dibonceng oleh suamiku naik motor karena beliau mau langsung berangkat ke Cianjur. Ketika di depan gerbang sekolah, tiba-tiba motornya jatuh dan kaki sebelah kananku mengenai knalpot dan sebagian kaki masuk ke jari-jari. Aku langsung di bawa ke Rumah Sakit dan kakiku dijahit, sedangkan yang terkena knalpot kulitnya melepuh sehingga harus diperban. Sampai saat ini bekas lukanya masih ada.

Selama satu bulan aku tidak bisa masuk kerja, dan berjalanpun harus pakai tongkat. Suatu hari ananda sakit panas semalaman sedangkan suamiku sedang tidak ada di rumah, aku panik pada saat itu. Ananda sudah diberi obat tetapi panasnya tidak kunjung reda, aku menelepon suamiku dan jam 06.00 beliau sudah tiba di rumah. Ananda di bawa ke dokter oleh suami dan bibi, pada saat itu aku merasa sedih dan merasa menjadi ibu yang tidak berguna karena tidak bisa membawa ananda yang sakit ke dokter.

Diary, pada saat ananda berumur 15 bulan suami mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan pertambangan di Surabaya dan ditempatkan di daerah Atambua Nusa Tenggara Timur. Aku mengizinkan suami bekerja di sana, karena pekerjaan yang sekarang sesuai dengan bidangnya. Selama ini suami bekerja di Supermarket, padahal suamiku lulusan tehnik geologi.

Hari-haripun bertambah sibuk, karena ananda sudah mulai bisa berjalan. Ananda sangat aktif dan terus ingin bermain di luar bahkan tidak pernah lagi tidur siang.  Setiap sore ananda senang main bola di lapangan sekolah yang ada di dekat rumah, dan yang paling merepotkan apabila turun hujan.

Setelah dimandikan dan hujan reda, ananda akan senang bermain bola dan berlari-lari di genangan air bekas hujan yang ada di lapangan sehingga bajunya akan basah. Ananda akan bermain sampai setengah enam sore, dan pada saat pulang tubuh ananda akan aku bersihkan lagi dengan air hangat yang dicampur dengan antiseptik. Setelah sholat magrib baru aku bisa istirahat, karena setelah seharian main ananda akan tidur nyenyak sampai pagi. Kakiku terasa pegal, karena harus mengikuti ananda bermain sejak aku pulang kerja sampai sore.

Diary, sampai usia 5 tahun ananda beberapa kali sakit dan aku sering membawa ananda berobat sendirian. Suamiku sudah pindah kerja ke Kalimantan Tengah dan pulangnya dua bulan sekali, sedangkan ayahku sudah meninggal pada saat usia ananda 3 tahun sehingga aku hanya berdua saja di rumah bersama ananda.

Pada saat ananda sakit aku akan izin dulu ke sekolah pagi harinya dan menitipkan tugas ke guru piket untuk pelajaran jam ke 1 dan ke 2. Aku membawa ananda ke dokter anak langgananku, beliau sudah mulai buka praktek pukul 07.00. Setelah dilakukan pemeriksaan dan membeli obat, aku akan membawa ananda pulang dan menitipkannya ke bibi yang mengasuh. Aku akan meminta tolong kepada adik untuk datang ke rumah, sedangkan aku akan berangkat ke sekolah. Pada saat istirahat aku akan menelepon adik untuk menanyakan bagaimana perkembangan ananda yang sedang sakit.

Pernah juga sekali waktu bibi sakit dan adikku juga sedang ada pekerjaan sehingga tidak ada yang mengasuh di rumah, saat itu aku membawa ananda yang baru berumur dua tahun ke sekolah lengkap dengan mambawa mainannya. Pada saat aku mengajar, ananda akan anteng dengan mainannya dan aku memberikan juga buku gambar serta spidol sehingga tidak menggangu siswa yang sedang belajar. Ketika itu beberapa beberapa ruangan kelas sedang di diperbaiki, sehingga siswa dibagi dalam dua shiff ada yang masuk pagi dan ada yang siang. Sewaktu ananda di bawa ke sekolah, aku bertugas mengajar di siang hari dan hanya ada 2 kelas yang harus diajar pada saat itu.

Diary, beberapa tahun yang lalu aku juga ditugaskan untuk mengajar siswa kepramukaan yang dilaksanakan setiap hari Sabtu. Kegiatannya sering diadakan di luar kelas, selain memberikan materi kegiatannya diselingi dengan beberapa permainan. Ananda yang pada saat itu sudah duduk di TK sering ikut dan memperhatikan siswa-siswa yang sedang melakukan kegiatan. Ananda akan duduk di pinggir ataupun bergabung dengan mereka, sambil ikut bertepuk tangan ataupun ikut tertawa apabila ada yang lucu.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Diary, ketika ananda sekolah di kelas 1 SD setiap hari ditunggu oleh bibi dari pagi sampai pulang sekolah, tetapi pada semester 2 ananda tidak mau lagi ditunggu sehingga bibipun berhenti menjadi pengasuh. Setiap pagi aku dan ananda akan berangkat bersama ke sekolah naik angkot, aku mengantar ananda sampai gang yang menuju ke sekolah.  Pada saat pulang pukul 14.00, ananda akan dijemput oleh adik karena aku baru pulang mengajar pukul 15.00 sehingga tidak bisa menjemput.

Pada saat ananda kelas 5, ananda sudah bisa berangkat dan pulang sekolah sendiri, dan terkadang ananda pulangnya ke tempat kerjaku karena tidak ada siapa-siapa di rumah. Saat ini ananda sudah duduk di kelas 6, selama PJJ aku juga harus membimbing ananda setiap pagi. Untuk mata pelajaran yang lain ananda bisa belajar dan mengerjakan tugas sendiri, tetapi untuk pelajaran matematika harus aku jelaskan terlebih dahulu dan memberikan latihan soal. Walaupun aku bukan guru matematika, tetapi aku bisa menjelaskannya dengan terlebih dahulu membaca materi yang ada di buku paket. Aku juga sering meninggalkan ananda di rumah sendirian apabila aku bertugas piket, ataupun ada rapat di sekolah.

Diary, ternyata aku bisa melewati masa-masa sulit tersebut. Walaupun berat, ternyata aku bisa menjadi seorang ibu yang tangguh setelah melewati proses yang panjang. Rasa syukur selalu aku panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepadaku, walaupun aku bekerja dan jauh dari suami aku bisa mendidik anakku yang merupakan anak tunggal menjadi anak yang mandiri.

Terima kasih diary karena telah mendengarkan ceritaku yang sangat panjang ini, mudah-mudahan kisahku bisa bermanfaat bagi orang lain.

Tema tulisan: Untuk Aku, Perempuan Tangguh

#Ladiesianatangguh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun