Mohon tunggu...
Tateng Gunadi
Tateng Gunadi Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Pecinta buku, suka menulis, dan senang fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sensasi Buku yang Bertanda Tangan Penulisnya

2 Oktober 2021   11:12 Diperbarui: 5 Oktober 2021   11:30 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedari kecil saya mengenal Prof. Dr. Yus Rusyana dari buku-bukunya. Misalnya buku berbahasa Sunda cerita Lutung Kasarung dalam bentuk pantun. Di majalah berbahasa Sunda Mangle, saya kerap membaca artikel-artikelnya. Alhamdulillah, sewaktu saya kuliah di IKIP Bandung bisa bertemu langsung. Beliau dosen mata kuliah menulis yang inspiratif.

Suatu ketika, kami (saya dan teman-teman sekelas) diundang ke rumah beliau untuk berlatih pementasan drama. Pementasan drama sebagai praktik mata kuliah drama, sebulan ke depan. Latihan berjalan lancar. Sesudah bersantap bersama, pak Yus Rusyana meminta beberapa dari kami membacakan puisi-puisinya. Di depan beliau dan ibu Ami Raksanagara, saya termasuk salah seorang yang membacakan salah satu puisi dari buku kumpulan puisinya. Kapan lagi, itu kesempatan yang tak berulang dua kali.

foto dokumentasi pribadi
foto dokumentasi pribadi

Saya ingat buku-buku pak Yus Rusyana yang pernah ditulisnya sebagian dipajang di dinding. Tidak mengherankan karena beliau seorang penulis yang banyak menulis buku, baik berbahasa Indonesia maupun Sunda. Salah satunya kumpulan cerpen berbahasa Sunda Jajaten Ninggang Papasten mendapat Hadiah Sastra Rancage pertama (tahun 1989) dari Yayasan Rancage, Ajip Rosidi.

foto dokumentasi pribadi
foto dokumentasi pribadi

Meskipun saya ketika itu memiliki buku-buku karangannya, terutama yang berkaitan dengan materi perkuliahan, sayang seribu sayang  tidak satu pun yang bertanda-tangan beliau. Tidak terpikirkan di masa itu.

Buku-buku yang tidak bertanda tangan penulisnya pada umumnya memang karena tidak pernah bertemu langsung dengan penulisnya. 

Misalnya, saya memiliki dan membaca buku-buku Ajip Rosidi antara lain kumpulan cerpen Di Tengah Keluarga, kumpulan puisi Terkenang Topeng Cirebon, kumpulan surat Yang Datang Telanjang, kumpulan memoar Ucang-Ucang Angge, termasuk buku Hidup Tanpa Ijazah yang sangat tebal itu. Namun, semuanya tanpa tanda tangan penulisnya.

foto dokumentasi pribadi
foto dokumentasi pribadi

Di samping itu, kerap juga terjadi pernah bertemu dengan penulisnya tetapi tidak berkesempatan memiliki tanda tangannya.

Contohnya saya pernah bertemu penyair Si Burung Merak, WS Rendra. Juga penyair asal Madura, D Zawawi Imron. Namun, karena tidak berkesempatan maka tidak ada buku karangan kedua penyair ternama itu tergores di buku-buku karangan keduanya yang saya miliki. Kumpulan cerpen Pacar Seorang Seniman, kumpulan artikel Memberi Makna pada Hidup yang Fana (WS Rendra). Kumpulan puisi Bulan Tertusuk Ilalang (D Zawawi Imron). Saya hanya berkesempatan memotret dan memvideokan keduanya ketika membaca puisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun