Mohon tunggu...
Tateng Gunadi
Tateng Gunadi Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Pecinta buku, suka menulis, dan senang fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ada Alasan Sunset Negeri di Atas Awan Tidak Harus Diabadikan dengan Kamera (2)

9 Maret 2021   13:46 Diperbarui: 28 September 2021   15:45 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih gelap gulita ketika saya pada akhirnya, dengan segenap daya upaya, sampai di puncak bukit Sikunir yang populer dengan nama Negeri di Atas Awan itu. Bersama seorang kawan, saya lebih memilih berada di ujung pagar paling kiri. 

Di sebelah kanan dan belakang kami, ramai berkerumun pengunjung yang punya harapan sama. Semua ingin melihat keindahan matahari terbit dari dataran tinggi yang konon sangat indah.

Saya bersyukur dan tak henti-hentinya merasa beruntung pernah singgah di tempat ini.

Dalam suasana yang penuh kegembiraan, perasaan menang, penuh harapan, dan takjub pada tempat yang indah sekaligus mengerikan karena berada di ketinggian. 

Ini Dieng Plateu, 2.306 meter di atas permukaan laut. Terbawa oleh deras perasaan haru, dengan spontanitas saja saya melafalkan sajak Chairil Anwar, "Doa" yang saya hapal di luar kepala.

Orang-orang mulai tampak sebagai siluet. Perlahan-lahan gelap meremang sebagai semburat cahaya terang. Di bawah bukit, terhampar padang awan putih yang tebal sejauh mata memandang. 

Nun jauh di sana berderet gunung-gunung seolah berdekatan. Sejenak cuaca tampak cerah. Matahari pun mulai menampakkan diri. Bola api bulat menyala-nyala berwarna kuning keemasan, langit berpendaran cahaya terang, gunung biru pekat kehitaman, padang awan seputih kapas membentang, semuanya sebagai bagian-bagian lukisan yang bersekutu mempersembahkan sebuah pemandangan yang benar-benar sangat indah dan menakjubkan!

Seperti serpihan surga yang jatuh ke bumi.

Di depan kami, dalam pandangan saya, itu seperti layar amat besar dengan nuansa yang berubah-ubah setiap sekian detik. Pemandangan yang amat cerah, kemudian tiba-tiba berubah redup. Sejurus kemudian semua objek tertutup segerombolan kabut. Setelah sirna, matahari tersenyum lagi dan semua jelas terlihat: paduan matahari, langit, gunung, padang awan. Terus berganti-ganti sampai semuanya redup tertutup kabut. Kami tak dapat lagi melihat sunset pagi hari itu.

Di samping saya, ada sepasang kekasih. Usia masih muda sekitar 20-25 tahunan. Ketika tangan saya merekam pemandangan Negeri di Atas Awan dengan kamera, tidak sengaja telinga saya mendengar percakapan keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun