Mohon tunggu...
Eta Rahayu
Eta Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Urban Planner | Pemerhati Kota | Content Writer | www.etarahayu.com

Hidup tidak membiarkan satu orangpun lolos untuk cuma jadi penonton. #dee #petir E. etha_tata@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Putus dengan Ramadan

23 Mei 2020   20:32 Diperbarui: 23 Mei 2020   20:31 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sunset di jalan, dekat rumah. | Dokpri

"Hilal telah tampak," batinku. Aku memandang langit sore lekat-lekat. Aku tahu aku tak mampu melihat sebenarnya-benarnya bulan sabit muda itu.

Tapi aku bisa merasakannya. Sunset sore ini benar menawan. Seakan mengatakan, "selamat tinggal."

Entahlah, sore ini aku merasa haru. Sedih juga bahagia jadi satu. Jika saja aku tak ingat sedang dijalan, aku mungkin sudah meneteskan air mata.

Aku bahagia. Tentu. Muslim mana yang tak bahagia menyambut gema takbir saling sahut. Muslim mana yang tak bahagia menyambut kemenangan.

Aku, kamu, kita semua sama. Ini kemenangan kita.

Kemenangan atas hawa nafsu yang kita redam sebulan lamanya. Memenangkan perintah Tuhan sang pencipta alam.

Tapi hati siapa tak sedih. Ramadan ini berjalan cepat. Seakan berlari. Hari demi hari semacam tak genap 24 jam.

Jujur saja aku masih terlampau sayang, untuk berpisah dengannya. Aku baru saja menikmati ketenangan bersamanya.

Aku bahkan belum maksimal memahami Al-Qur'an saat Nuzulul Qur'an. Aku tak yakin apakah bertemu Malam Seribu Bulan. Dan aku hanya berusaha yakin Allah telah mengampuni dosa-dosaku saat ramadan.

"Allah, apa aku masih hidup di Ramadan tahun depan?" ucapku lirih. Aku melihat awan-awan tipis berwarna hitam mulai menyelimuti ufuk barat. Senja hampir dirampasnya.

Tiba-tiba perlahan gelap. Sayup-sayup aku dengar adzan.

Allahuakbar Allahuakbar...

Aku buka botol minuman ditanganku. Aku tenggak sekali dua kali setelah berdoa. "Aku berpuasa karenaMu ya Rab. Jadikan hambamu ini orang yang beriman dan tak pernah putus asa akan rahmatMu." Begitu ku ucap dalam hati.

Ramadan benar-benar meninggalkanku sekarang. Ia pergi. Ia terlewati, saat seharusnya masih ku genggam. Kita semua putus dengannya, Sang Ramadan. Bulan penuh keberkahan.

Ya Allah, kalau memang aku masih berjodoh dengan Ramadan, pertemukanlah hamba dengannya lagi. Amiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun