Mohon tunggu...
Eta Rahayu
Eta Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Urban Planner | Pemerhati Kota | Content Writer | www.etarahayu.com

Hidup tidak membiarkan satu orangpun lolos untuk cuma jadi penonton. #dee #petir E. etha_tata@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Memori Kekek Kakek

22 Mei 2020   21:52 Diperbarui: 25 Mei 2020   18:44 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi sungkeman saat lebaran. | Foto: dutaislam.com

Bisa jadi kisah yang saya tulis ini tidak terasa spektakuler seperti kisah orang lain. Tapi buat saya, tak ada pengalaman bermaaf-maafan yang lebih memorable daripada hari itu.

Ini kisah singkat. Walau saya lupa kala itu lebaran tahun berapa, tapi kenangan itu terus bersemayam di hati. Dan setiap idul fitri, saya selalu mengingatnya, walau hanya sebatas memori saja.

Saat saya kecil, maaf-maafan dilakukan pada hari kedua Syawal. Saya tak tahu mengapa, dan saya tak pernah bertanya alasannya. Sampai setelah Mbah Kung meninggal, saya mengubah kebiasaan itu. Kami berlebaran dengan jabat hangat setelah pulang salat di lapangan.

Dan bagi saya, bermaaf-maafan saat lebaran selalu membangkitkan kenangan saya akan Mbah Kung. Ayah dari ibu atau yang biasa disebut kakek. Saya memanggilnya Mbah Kung, panggilan singkat dari 'Mbah Kakung' atau 'Eyang Kakung'. Dalam bahasa jawa, kakung adalah lelaki.

Mbah Kung meninggal 5 tahun lalu.

Saat Mbah Kung masih hidup. Pada hari kedua lebaran, kami sekeluarga selalu mendahulukan sungkem ke beliau.

Pagi-pagi, sebelum rumah ramai dikunjungi para tetangga. Kami ke rumah sebelah, rumah Mbah Kung. Beliau sudah duduk manis di kursi kayu kesayangannya dengan baju batiknya yang khas.

Seperti kebanyakan orang Jawa lainnya, saat lebaran tradisi sungkem ke mereka yang lebih tua dilakukan dengan bahasa krama alus. Dan saat giliran saya 'salim' sama Mbah Kung, saya sudah berusaha keras untuk melafalkan krama alus itu. Tapi mungkin karena salah dan jatuhnya terdengar lucu. kakek saya terkekek membuat saya malu.

Mbah Kung termasuk sering tersenyum. Tapi membuatnya terkekek dengan suara hampir tak terdengar, serta raut muka beliau yang terlihat begitu segar dan bahagia, membuat saya justru bahagia. Bagi saya, ingatan itu adalah salah satu ingatan favorit saya tentang beliau.

Sad but true, bahasa jawa memang menjadi PR bagi saya. Saat saya masih SMP, dari 3 bahasa yang dipelajari, inggris, bahasa dan jawa, inggris selalu mendapat nilai paling baik, dan bahasa jawa selalu jeblok.

Kini walaupun kemampuan krama alus saya lumayan, tetapi tetap saja belepotan saat harus bicara cepat. Dan tentu saja, saya tak bisa sungkeman memakai bahasa jawa krama alus dengan benar. Ngapunten. :( 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun