Mohon tunggu...
Skolastika Natasya
Skolastika Natasya Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

mahasiswa semester 5

Selanjutnya

Tutup

Film

Film "Lima" Singgung Masyarakat Soal Krisis Nilai Pancasila

11 November 2020   21:27 Diperbarui: 11 November 2020   21:51 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster resmi film 'Lima' yang digarap oleh lima sutradara dan memiliki lima cerita berbeda | sumber: imdb.com

Film 'Lima' (2018) adalah film yang alur ceritanya di angkat berdasarkan pancasila, 'Lima' menjadi salah satu film yang memiliki lima cerita dalam satu keluarga. Film ini digarap langsung oleh lima sutradara kondang yang bertugas menyutradarai satu sila, salah satunya adalah Lola Amaria yang menjadi sutradara untuk sila ketiga (tirto.id).

Film 'Lima' yang diangkat oleh lima sutradara kondang, secara tidak langsung ingin menunjukan kepada masyarakat Indonesia yang mulai mengalami krisis nilai Pancasila. Isu SARA sering kali digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk menjatuhkan satu sama lain.

Hal ini ditunjukan melalui permasalahan-permasalahan yang mulai timbul di kehidupan para tokoh utama.

Film yang mengusung drama-keluarga ini dibintangi oleh Prisia Nasution, Yoga Pratama, Baskara Mahendra, Alvin Adam, Dewi Pakis, Ken Zuraida dan Tri Yudiman (tirto.id)

Fara (Prisia Nasution) adalah seorang pelatih renang. Dirinya bertugas menentukan atlet yang akan dikirimkan ke pelatihan nasional untuk olimpiade. Permasalahan muncul ketika pemilik klub renang tempat dirinya bekerja meminta calon atlet yang dikirimkan ke pelatihan nasional adalah orang pribumi. 

Akan tetapi sebagai pelatih, Fara telah memperhatikan sendiri bahwa muridnya yang memiliki ras Chinese dan berkulit putih lah yang lebih berbakat dibandingkan muridnya yang 'Pribumi'.

Tindakan yang dilakukan oleh pemilik klub tempat Fara bekerja sama seperti masyarakat Indonesia yang sering memandang orang berdasarkan ras, terutama kepada masyarakat lain yang memiliki ras 'Chinese'. 

Contoh dari tindakan yang terlihat nyata adalah ketika Ahok yang merupakan keturunan ras 'Chinese' menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Banyak masyarakat Indonesia yang melemparkan komentar panas kepada Ahok karena merasa dipimpin oleh orang yang berketurunan 'Chinese' sementara masyarakat menginginkan pemimpin mereka adalah seorang 'Pribumi'.

Permasalahan yang dihadapi oleh Fara merupakan salah satu kasus yang harus dihadapi oleh sila ketiga, yaitu persatuan Indonesia. Indonesia memiliki keberagaman suku, ras dan agama, perbedaan tersebut yang seharusnya menyatukan masyarakat Indonesia untuk saling melengkapi dan menghormati tetapi realitasnya perbedaan yang ada berujung pada perpecahan di masyarakat.

Salah satu permasalahan lain yang diangkat pada film adalah permasalahan dari Ijah (Dewi Pakis) sebagai asisten rumah tangga dari keluarga Fara. Permasalahan yang dihadapi oleh Ijah adalah ketika anaknya yang berada di kampung tertangkap oleh pihak berwenang telah mencuri makanan karena tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan dan akan dijatuhi hukuman lebih berat dibandingkan orang yang kaya atau orang yang memiliki kekuasaan.

Permasalahan yang dihadapi oleh Ijah seperti permasalahan yang sering terjadi di Indonesia, masyarakat kecil atau menengah kebawah sering tidak mendapatkan keadilan. Berbanding terbalik dengan para pejabat atau orang kaya yang dengan mudah mendapatkan keadilan karena adanya channel dan uang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun