Mohon tunggu...
Ratika Puspitasari
Ratika Puspitasari Mohon Tunggu... Administrasi - Student of life that just want to be constantly progressing

Belajar menulis dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Novel "Educated", Laskar Pelangi di Amerika Serikat

1 April 2020   12:35 Diperbarui: 1 April 2020   12:39 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini hampir semua media menyiarkan perkembangan tentang wabah covid-19 setiap harinya, Saking seringnya saya mendengar berita tentang virus tersebut belum lagi jumlah korban yang terus bertambah, semakin saya merasa cemas, was-was, dan sedih sampai mempengaruhi kondisi mental saya. Baiklah, mungkin sebaiknya saya berhenti mencari berita dan mengalihkan perhatian saya dengan membaca novel.

 Novel yang saya baca kali ini berjudul Educated, buku dengan genre biografi/ autobiografi ini menceritakan kehidupan si penulis, Tara Westover dan keluarganya yang tinggal di Bucks peak, Idaho, negara bagian di Amerika Serikat. Diceritakan bahwa ayahnya adalah pengumpul barang rongsokan dan ibunya adalah bidan dan peracik obat herbal. Keluarganya adalah pengikut aliran mormonisme, dan dijelaskan oleh Tara di akhir novelnya bahwa kemungkinan ayahnya mengalami gangguan kejiwaan bipolar karena selalu mengalami kekhawatiran yang berlebihan.

Rasa kekhawatiran berlebih dan kepercayaan fanatiknya menjadikan ketujuh anaknya tidak pernah merasakan bangku sekolah hingga beranjak remaja. Ayahnya khawatir bahwa pendidikan yang dijalankan oleh pemerintah akan mem "brainwash" anaknya untuk menjauh dari Tuhan. Ayah Tara tidak memiliki kepercayaan kepada pemerintah, dia yakin bahwa pemerintah adalah anggota illuminati, kelompok pemuja setan, sehingga dia mendoktrin keluarganya untuk tidak bargantung kepada pemerintah, termasuk dalam hal sekolah dan pendidikan.

Tidak hanya itu keluarganya tidak pernah pergi ke dokter, dan beralasan bahwa segala penyakit adalah pemberian Tuhan, sehingga Tuhan jugalah yang akan mengangkat penyakit tersebut, dengan berobat ke dokter berarti keluarga mereka telah berkhianat kepada Tuhan. Tidak hanya itu saja banyak kebiasaan aneh yang diajarkan oleh orangtua Tara kepada anaknya, seperti tidak mencuci tangan setelah buang air kecil, menyimpan makanan sisa di rumah, membiarkan makanan yang basi di lemari makan, dan kebiasaan aneh lainya.

Semua kebiasaan dan kepercayaan yang dianut oleh keluarga Tara membuat Tara mengalami konflik dalam batinya, terlebih ada salah satu kakak kamdung Tara, Shawn, yang memiliki tempramen yang tinggi dan sering melakukan kekerasan fisik dan mental terhadap Tara. Hingga pada umurnya yang ke 16 tahun, Tara memutuskan untuk memilih berpisah dari keluarganya dan mengikuti tes masuk perguruan tinggi di Brigham Young University (BYU), BYU adalah salah satu perguruan tinggi yang menerima calon mahasiswa dengan dasar pendidikan home schooling.

Dengan berbekal belajar secara mandiri, secara tidak terduga Tara lolos tes dan diterima sebagai mahasiswa BYU. Sebagai orang yang tidak pernah merasakan bangku sekolah, Tara kesulitan untuk beradaptasi dengan teman2nya dan kesulitan dalam mengikuti perkuliahan, banyak hal2 yang dia tidak mengerti sehingga dia harus belajar ekstra keras untuk mengejar ketertinggalanya.

Tidak hanya itu, Dia sempat dijauhi oleh teman- temanya di kampus karena masih membawa kebiasaan primitif keluarganya. Rasa ingin tahu dan ketertarikan Tara terhadap sejarah dan politik yang membawanya ke seorang profesor yang menyadari bahwa Tara memiliki kemampuan intelegensi yang baik, sehingga ia diberi kesempatan untuk mendapatkan beasiswa di Cambridge University, hingga akhirnya mendapatkan gelar doktoralnya di BYU.

Banyak pertanyaan yang ada di benak saya ketika membaca buku ini, terlebih karena kejadian ini terjadi di Amerika Serikat, negara maju saya yakini pendidikan disana lebih dapat menjangkau semua lapisan masyarakat dibandingkan dengan Indonesia.

Terdapat banyak konflik keluarga yang diceritakan Tara dalam novel ini, mulai dari bagaimana Tara dan kakaknya, Tyler, harus belajar secara diam-diam di basement agar tidak ketahuan oleh ayahnya, lalu kecelakaan yang dialami oleh ibunya yang menyebabkan kerusakan pada syaraf otaknya namun dibiarkan saja oleh ayahnya yang tidak pernah mempercayai kemampuan dokter, belum lagi perlakuan salah satu kakak Tara, Shawn, yang  memiliki perilaku temperamental dan selalu melakukan kekerasan fisik terhadap Tara. Halaman demi halaman dalam novel ini saya baca tanpa merasakan bosan sama sekali.

Ketika Tara mulai memutuskan untuk melanjutkan kuliah, kegigihan Tara untuk belajar secara mandiri, kesulitan yang dia hadapi dalam mengerjakan tugas essay karena kemampuan bahasanya yang kaku, kemampuanya untuk beradaptasi dan mengejar ketertinggalanya membuat saya kagum dan meyakini bahwa Tara Westover adalah orang yang cerdas, namun terhalang oleh kepercayaan yang dimiliki oleh orangtuanya. Meskipun demikian, dalam wawancaranya dengan Bill gates, Tara menyatakan bahwa walaupun dia memilih jalan yang berbeda dengan orangtuanya, Tara tetap meyakini bahwa apa yang dilakukan oleh orangtuanya adalah salah satu bentuk cinta dan kasih sayang mereka kepada Tara atas dasar kepercayaan yang mereka miliki.

Buku ini mengingatkan saya dengan novel inspiratif terkenal asal Indonesia yang sama-sama mengusung tema mengenai perjuangan pendidikan karya penulis Indonesia Andrea Hirata, Laskar Pelangi. Kedua buku ini sama- sama memperlihatkan perjuangan dan kegigihan kedua penulis untuk memperoleh pendidikan walaupun dihadapkan dengan kesulitan dari situasi dan kondisi yang berbeda. Semoga semangat mereka dalam memeperjuangkan hak pendidikan dapat menular ke para pembacanya agar tidak berhenti dalam belajar, dalam kondisi sesulit apapun termasuk dalam kondisi #dirumahsaja seperti sekarang ini.

"I don't think education is so much about making a living, it's about making a person" --Tara Westover-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun