Mohon tunggu...
Tasrif Rafizal
Tasrif Rafizal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa semester 4 jurusan Ilmu Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Menyusuri Daerah Otentik: Kota Lama Semarang.

19 Mei 2021   00:30 Diperbarui: 19 Mei 2021   00:37 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

  Saat itu akhir Oktober 2020, Saya beserta rombongan teman berangkat dari kontrakan saya di daerah tlogosari menuju kota lama semarang. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh, sekitar 20-30 menit sampai di Kota Lama Semarang. Kota lama memiliki nama sejarah De Oude Stad atau Europeeschebuurt, yang merupakan salah satu objek wisata unik di Kabupaten Semarang. Dengan keanekaragaman budaya masyarakat peninggalan peninggalan penjajahan Belanda dan bangunan yang masih berdiri kokoh hingga saat ini, salah satunya GPIB Immanuel (Gereja Blenduk), Stasiun Tawang, Jembatan Berok, Gedung Marabunta, Bangunan Pabrik Rokok “Praoe Layar” dsb. Kawasan ini merupakan tempat pemukiman Belanda, Tionghoa dan Bangsa Eropa dulunya. Mereka memiliki aktivitas ekonomi berupa berdagang. Total bangunan yang berdiri sekitar 274 unit, 157 unit berupa bangunan yang dihuni (perkantoran atau perumahan), 87 unit berupa bangunan kosong, baik dalam status terawat ataupun sudah rusak dan 2 unit dalam status dijual.

Pada akhir abad ke-20, Sutrisno Suharto (Walikota Semarang periode 1990-2000) telah merumuskan cara-cara untuk perlindungan dan pengelolaan Kawasan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Kota Lama Semarang, yang mana butir-butir pemikirannya telah dilembagakan secara hukum dengan keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Semarang. Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah Pemerintah tersebut, berbagai kesenian sering digelar dalam event-event tertentu di Kawasan Kota Lama. Penanganan fisik Kota Lama Semarang juga sudah dilaksanakan, seperti pavingasi jalan-jalan dan pembuatan polder untuk mengurangi rob di kawasan itu, pembangunan city walk pada tahun 2007, di Jalan Merak, sepanjang 400 meter di sisi selatan polder. Meskipun telah dilakukan adanya upaya pengembangan, potensi Kota Lama sebagai aset pariwisata belum tampak nyata. Hal ini diketahui dari jarangnya wisatawan yang berkunjung, baik itu wisatawan domestik atau asing. Sebab terdapat beberapa faktor kendala dalam pembangunannya, seperti anggaran dana, kepemilikan bangunan dsb.

Seiring berjalannya waktu, kini Kawasan Kota Lama Semarang memiliki pemantik yang menjadi daya tarik wisatawan. Yakni dengan adanya investor yang membuka usaha seperti, kafe dan juga restoran yang terletak di jalan utama, Jalan Letjen. Suprapto. Dari sinilah, wisatawan mulai tertarik dan juga berdatangan. Saya berfikir, dulu mungkin orang akan berpikir dua kali untuk mengunjungi kawasan ini yang sepi dan hanya berisi bangunan tua. Namun, pada saat ini bangunan yang dihiasi resto dan kafe otentik siapa yang tidak tertarik akan hal itu. Apalagi saat malam hari, yang mana kawasan ini dihiasi lampu di sepanjang kawasan menambah keautentikan bangunan yang ada.

Melihat keindahan wisata Kota Lama ini yang, membuat hati saya kagum dengan warisan bersejarah Indonesia. Sayangnya, upaya usulan dari Pemerintahan Kota Semarang untuk memasukkannya dalam Warisan Dunia UNESCO belum terwujud. Juga terdapat hambatan dalam proses revitalisasinya yang mungkin hingga kini prosesnya belum optimal, karena kawasan ini belum menjadi objek tujuan pariwisata utama di kota semarang. kita sebagai warga Indonesia perlu mendukung dan menjaga adanya cagar budaya yang hingga saat ini masih berdiri.

Penulis (Tasrif Rafizal)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun