Mohon tunggu...
Tashdieq Ulil Amri
Tashdieq Ulil Amri Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Al Azhar

Pelajar | Penyuka Sabun Harmoni

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Makna Mudik dalam Konteks Ramadan

4 Juni 2019   22:01 Diperbarui: 4 Juni 2019   22:14 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan adalah simbol kemenangan bagi umat muslim. Setelah berpuasa sebulan penuh lamanya, menahan haus, lapar dan nafsu, kini mereka terlahir dengan fitrah kembali. Ramadan juga merupakan momen ampunan.
Juga sebagian orang menandai Mudik juga menjadi sign identity dari bulan Ramadan. Mudik dan Ramadan adalah 2 hal yang tidak bisa terpisah. Mereka saling melengkapi.

Mudik diambil dari kata "udik"  yang berarti selatan, hulu, desa, dan kampung.
Konon para petani dan pedagang hasil bumi membawa dagangannya melalui sungai. Dari situlah muncul istilah milir-mudik, yang artinya sama dengan bolak-balik. Mudik atau menuju udik saat pulang dari kota kembali ke kampungnya begitu terus secara berulang kali.

Yah, sudah sangat kental bagi masyarakat Indonesia bahwa mudik adalah tradisi tahunan yang datang menjelang hari rasa besar keagamaan.
Pada saat itulah detik terbaik dari sekian detik yang kamu miliki. Berbondong bondong berkumpul dan bersatu dalam ikatan keluarga, tetangga dan calon mertua. Upsssss

Jika ditarik dari kata mudik, maka akan lahir 3 esensi Ber-Ramadan.
1. Mudik Emosional
2. Mudik Spiritual
3. Mudik Fisikal

Pertama adalah mudik Spiritual. Memaknai Ramadan sebagai mudik Spiritual adalah reborn, terlahir kembali fitrah setelah melakukan kewajiban kewajiban selama Ramadan. Pintu ampunan dibukakan, Rahmat diberikan, Hatinya dibersihkan semua menjadi lembaran dan tinta baru. Menuju fitrah seperti anak yang baru lahir.

Kedua, mudik emosional adalah kembali kepangkuan ibu, melunaskan jarak dengan pertemuan, mengobati rindu dengan jumpa, sebagai satu satunya tempat yang menerima kita apa adanya. Kembali menuju kampung halaman, dimana mimpi mimpi mulai di bangun satu persatu. 

Hari ini sampai beberapa hari kedepan, sepertinya peran provider makin gentur melayani para pengguna. Mengingat dialah mediator kita, untuk menyamarkan mudik emosional.

Semua yang terbatasi ruang dan jarak akan terasa tanpa sekat. Video call bersama keluarga di rumah, hanya dengan modal paket data dan hp android,  Meskipun terkadang jaringan kurang mendukung, dan display gambar yang kurang sempurna tapi itu sedikit mengurangi emisi rinduku ber-Ramadan bersama keluarga. Terima kasih Pak penemu telepon seluler dan Jaringan We, berkat kalian semua orang bisa tersenyum. 

Yang terakhir adalah mudik fisikal. Siapa yang tidak menginginkan mudik dengan sajian makanan khas daerah masing masing. Yaitu kembali merasakan masakan khas daerah. Opor ayam, Coto Makassar ditambah dengan seikat buras.

Ketiga esensi mudik ini berada dalam racikan masakan, jika satu bumbu terlepas maka rasanya tidak seenak aslinya. Saat esensi fisikal terlepas maka masakannya hambar, saat esensi emosionalnya tercabut maka yang ada hanya ada rasa asin tanpa manis, Begitupun sebaliknya.

Maknai dulu sebelum mudik !

Semoga selamat sampai tujuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun