Mohon tunggu...
Taschiyatul Hikmiyah
Taschiyatul Hikmiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jadilah kamu dengan versi terbaik dari dirimu sendiri dan bermanfaat bagi orang lain. Instagram: @taschiyaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena Strict Parents di Kalangan Mahasiswa: Sentralisasi Ambisi dan Situasi

14 Agustus 2021   15:24 Diperbarui: 15 Agustus 2021   08:09 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture Of Strict Parents, Kompasiana.com

Bagaimana tanggapan mahasiswa mengenai strict parents (orang tua yang memiliki peraturan ketat). Setiap orang tua memiliki peraturan masing-masing dalam ranah kebaikan untuk masa depan anaknya, setiap peraturan yang telah dijadikan sebagai kebijakan dalam masing-masing keluargapun berbeda-beda. Nah, hal demikian termasuk kedalam sikap parenting (pola pengasuhan), dalam kamus Merriam Webster mendefiniskan bahwa parenting adalah:

  • The raising of the child by its parents (Membesarkan anak yang dilakukan oleh orang tua)
  • The act or process of a becoming a parents (Proses dalam menjadi orang tua)
  • The taking care of someone in the manner of a parents (Merawat seseorang yang dilakukan dengan cara oleh orang tua).  

Parenting (pengasuhan) merupakan upaya yang dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab sebagai orang tua untuk memberikan hak dan kewajiban kepada seorang anak, seyogyanya sebelum berada di fase pengasuhan setiap orang tua harus melewati masa pernikahan dan ketika seseorang sudah siap untuk menikah maka mereka juga secara otomatis harus siap ketika berada di fase pengasuhan, mulai dari membimbing, menasehati, serta mengarahkan kepada kebaikan, lebih-lebih sebagai orang tua harus mampu mendukung apapun yang sedang menjadi proses bagi si anak terutama demi masa depannya yang mana hal ini kerap kali berkaitan dengan dunia pendidikan.

Mahasiswa merupakan sebutan bagi orang yang tengah mengenyam pendidikan strata perguruan tinggi. Mahasiswa kerap kali mendapat klasifikasi dengan berbagai tipe salah satunya dalam pandangan M Yusril Ihza Maulana (Ketua Senat Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya 2020), beliau mengklasifikasikan mahasiswa menjadi:

1. Mahasiswa Aktivis, yakni seorang mahasiswa yang tidak hanya aktif kata aktif disini didefinisikan bahwa mahasiswa tersebut tidak hanyan stuck menerima pelajaran dari mata kuliah yang disuguhkan oleh universitas namun ia juga bergulat dengan hal hal lain seperti organisai kampus: Senat Mahasiswa (SEMA), Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), Himpunan Mahasiswa (HIMA), dll.

2. Mahasiswa Akademis, Mahasiswa kategori ini hanya nyaman dengan apa yang sudah ia jalani tidak mau ambil tindakan alias mager biasanya atau memiliki alasan lain jadi mahasiswa akademis ini biasanya hanya fokus pada teori bukan tindakan.

Mahasiswa juga termasuk kedalam kategori pelajar tahap lanjut yang memiliki ambisius, karena ketika meraka siap dan mau untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka secara tidak langsung memiliki harapan serta cita-cita di masa depannya. Namun tidak sedikit ambisi mereka terpatahkan oleh situasi, situasi yang dibangun dan ditegakkan oleh orang tua mereka, orang tua yang yang seharusnya berperan mendukung malah menutup proses perkembangan anaknya sendiri.

Berikut merupakan cara mengatasi strict parents:

  • Memiliki quality time (waktu berkualitas), antara orang tua dengan anak. Yang mana dapat diisi dengan nasehat, diskusi, dan masih banyak lagi.
  • Orang tua selalu percaya terhadap kegiatan positif yang dilakukan anaknya, selagi hal tersebut memiliki aspek pendorong untuk mendapat dukungan.
  • Anak harus dapat memegang kepercayaan yang telah diberikan oleh orang tuanya, sehingga tidak adanya tekanan serta pelarangan terhadap hal-hal positif yang dilakukan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun