Mohon tunggu...
Taslim Buldani
Taslim Buldani Mohon Tunggu... Administrasi - Pustakawan di Hiswara Bunjamin Tandjung

Riang Gembira Penuh Suka Cita

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Utangku Sehat, Aset Kudapat, Sistem Keuangan Kuat

6 Agustus 2020   17:43 Diperbarui: 6 Agustus 2020   17:37 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: walton.uark.edu

Ketika ekonomi sedang membaik, biasanya institusi keuangan bank dan non bank gencar menawarkan kredit dan pembiayaan. Tenaga pemasaran dikerahkan untuk berlomba-lomba menyalurkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), pembiayaan kendaraan bermotor, Kredit Tanpa Agunan (KTA), atau kartu kredit kepada masyarakat.

Tawaran bunga ringan, uang muka ringan, dan kredit tanpa provisi biasanya dijadikan sebagai daya tarik. Masyarakat atau sektor rumah tangga tentu banyak yang terpikat dan memanfaatkan promo yang ditawarkan.

Korporasi tentu memanfaatkan momentum ini untuk ekspansi. Proyek properti tumbuh, produksi kendaraan bermotor meningkat, dan industri retail menggelar program promo demi mendongkrak penjualan.

Perilaku over optimistic yang dipraktekan oleh institusi keuangan, korporasi dan rumah tangga seperti ini sebenernya memiliki risiko. 

Menurut Ita, dalam kondisi over optimistic institusi keuangan biasanya lupa dan mengabaikan profil risiko calon nasabahnya. Disisi lain masyarakat juga terlena dan memanfaatkan pinjaman yang sifatnya konsumtif bukan produktif.

Kondisi ini jika dibiarkan dikhawatirkan akan terjadi bubble yang dapat memicu krisis. Hal ini mengingat siklus ekonomi tak selamanya naik. Pada titik tertentu siklus akan mencapai puncaknya dan mengalami trand penurunan.

Apa yang terjadi saat ini adalah contoh nyata siklus ekonomi yang sedang menurun. Akibat wabah COVID-19 banyak perusahaan gulung tikar, PHK terjadi dimana-mana, sektor perdagangan pun mati suri.

Mereka yang terdampak langsung tentunya menghadapi beban keuangan yang berat. Terlebih lagi jika pada saat bersamaan memiliki kewajiban membayar cicilan hutang.

Risiko gagal bayar terpampang di depan mata. Gagal bayar di sektor rumah tangga tentunya berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan. 

Tingkat rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) sebagai salah satu indikator kesehatan aset bank dan perusahaan pembiayaan akan meningkat. Jika tak diatasi akan berdampak buruk terhadap performa institusi keuangan yang bersangkutan.

Realitas ini adalah penegasan atas apa yang dikemukakan Ita bahwasannya perilaku kita sekecil apapun akan memberikan dampak kepada sistem keuangan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun