Mohon tunggu...
TARYONO
TARYONO Mohon Tunggu... Buruh - Menempuh jalan sunyi kerinduan

Lahir Januari 1986 di Palembang tinggal di Magelang-Jawa Tengah Pernah sekolah di : - TK Pertiwi Tegalsari Candimulyo Magelang - SD N II Tegalsari Candimulyo Magelang - SMP N 1 Candimuyo Magelang - SMA Muhamadiyah 1 Mungkid Magelang - Politeknik Muhammadiyah Magelang - Universitas Muhammadiyah Magelang - STIE SBI Yogyakarta Pernah aktif di : - Ikatan Remaja/Pelajar Muhammadiyah dari ranting s.d pimpinan pusat - Pemuda Muhammadiyah Magelang - DPD KNPI Kabupaten Magelang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Indonesia Atau Bukan

27 Juli 2020   17:50 Diperbarui: 27 Juli 2020   17:44 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Indonesia Atau Bukan

Oleh : Taryono*


Aku tak mau bercerita tentang Indonesia
Lebih tepatnya sudut-sudutnya negara kita
Karena aku lebih menikmati ciptaan-Nya
Yang begitu menawan enak dipandang mata

Toh sebagian dari kami-kami ini juga tidak tahu
Apakah ada negara yang bernama Indonesia
Karena kami tak pernah rasakan hadirnya negara
Dalam setiap denyut nadi rakyat jelata

Negara mungkin ada,
Indonesia mungkin akan tetap hadir di konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Merah putih bisa jadi terus berkibar di seluruh penjuru tanah air

Tapi penduduk yang menjadi salah satu syarat sebuah negara disamping pemerintahan yang berdaulat dan wilayah teritorial,
Tak bisa hidup merdeka di atas tanah airnya sendiri.

Negara dengan pemerintahan bisa bertahan
Rakyatnya selalu dibenturkan dengan kepentingan-kepentingan untuk melanggengkan kekuasaan.

Membangun insfrastruktur, suprastruktur atau membangun struktural kekuasaan
Kami tak mengerti,
Yang bisa kami pahami adalah sinetron pembangunan.

Kami nikmati saja peluh dan air mata  perjuangan untuk sekedar bertahan dalam kewajiban sebuah kehidupan
Tidak meminta belas kasihan dari tuan dan puan

Jalan berlumpur, jembatan lapuk
Akses jalan setapak,
Hidup hanya untuk makan hari ini entah esok
Adalah realita yang sangat tak elok
Di sebuah negeri batu mulia bergunung-gunung setiap hari dikeruk-keruk.

Bagi kami hutan adalah kehidupan
Sungai adalah sumber makanan
Kebun adalah harapan masa depan
Binatang ternak adalah teman
Pagi hari kita lari-lari tangkap hewan buruan
Lalu kita pesta bakar batu bersama handai tolan

Bercengkerama, bernyanyi berjoget ria
Menghilangkan duka lara dan nestapa
Lengkingan pita suara khas menjadi irama
Beriring instrumen fu dan tifa
Adalah kemerdekaan yang sesungguhnya
Nikmatnya tiada tara
Tanpa diganggu oleh orang-orang berdasi dari ibu kota

West Papua, 30-04-2020

*Founder VoDaS Institute

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun