Mohon tunggu...
Cerpen

Hidup Tak Seindah Mimpi, Mimpipun Tak Seburuk Kenyataan

15 Desember 2018   10:00 Diperbarui: 15 Desember 2018   10:32 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

sebut saja aku bungsu ,hari ini aku akan berbagi cerita sedikit tentang lika liku kehidupan ku , sejenak kulepaskan beban batin yang amat menaduk hatiku.

 Aku terlahir dari keluarga sederhana ,tinggal di ujung ibu kota .Kakak ku ada 3 kepala, mereka laki-laki semua,dan 1 ayah ku,kami tinggal di gubuk sangat sederhana jauh dari kata mewah

Kalian pasti tau apa itu sebuah keluarga??ya tempat dimana berbagi cerita keluh kesah canda tawa,ngobrol bersama sambil bersantai ria. tapi itu tidak untuk ku, bagiku keluarga hanya untuk orang orang yang punya jiwa kasih sayang,peduli,dan sahaja.

Kami memang tinggal bersama , tapi hanya untuk tidur selepas melakukan rutinitas,aneh rasanya jika dipikirkan ,dalam satu atap tapi jarang sekali bercengkrama sebatas duduk makan sarapan bersama .Ya begitulah faktanya,aku si bungsu yang malang yang benar-benar rindu akan sebuah keluarga .

Berawal dari Perceraian yang akupun sendiri tak tahu pasti kapan itu terjadi ,hanya desas desus dari tetangga yang kutahu.Aku yakin diantara kalian pasti ada yang pernah merasakan broken home, iya kan? dan apa kalian juga pernah merasakan tak tahu siapa ibu mu ,sekedar wajahnya?? pasti diantara kalian ada.

aku bingung harus menjelaskan bagaimana kacaunya keadaan keluarga ku saat ini,entah dari kapan kekacauan ini berawal, akupun tak ingat sebab aku masih jadi gadis kecil yang hanya bisa menangis saat aku mulai mengantuk .

Aku mulai tumbuh menjadi remaja yang aktif dalam kegiatan kegiatan padat ku, ku ikuti semua apa yang masih sanggup aku ikuti dimasa masa itu,yahh benar aku mencari kesibukan , kamu benar aku mulai merasa gejolak batin dihati yang tak sanggup ku rasa sendiri.

Ya Tuhan mengapa harus aku yang merasakan sakitnya menahan rindu , yang aku sendiri pun tak mampu mengartikannya.

Terlihat tegar dimata orang lain ,tertawa riang didepan mereka sambil bercengkrama apa yang sudah kita alami hari ini,uuhhh munafik memang dari kecil sampai remaja  kusembunyikan semua itu tak seorangpun teman atau sahabat-sahabat ku tahu.Bukan kutak mau berbagi cerita , hanya saja orang lain hnya bisa mendengar bukan merasakan , jadi untuk apa ku beritahu ,biarlah hatiku yang berkerja keras menahan semua perih dan sakit yang aku rasa.

Tahun dan tahun berlalu , hingga jadilah aku seperti sekarang ini , dewasa .Dewasa yang masih saja mengharapkan rindu itu terobati,namun NIHIL kesabaran ku belum membuahkan hasil yang manis .Aku mulai berfikir Apa ini adalah kutukan untukku dan keluraga ku???

Rasanya aku tak sanggung menahan lagi ,ingit aku teriak sekencang kencangnya dan memaki dunia,Mengapa harus sejauh ini, mengapa tak diijin kan aku merasakan hidup layak sebagai manusia pada umumnya yang punya sebuah keluarga!!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun