Mohon tunggu...
HMJ Tadris Matematika UINMLG
HMJ Tadris Matematika UINMLG Mohon Tunggu... Guru - HMJ Tadris Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

https://tadrismatematika-uinmalang.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Hobby

"TM-NEC", Ketika Penulis Tanpa Amunisi Merupakan Sesuatu yang Fiktif

20 Juni 2019   19:14 Diperbarui: 20 Juni 2019   19:18 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari Pixabay.com

Pernahkan kalian merasa kosong atau blank saat hendak menulis? Ya, semua orang pasti pernah mengalaminya seperti saya yang saat ini masih amatir dalam menulis tentu belum mampu menuangkan segala ide yang ada di kepala kita. Terutama ketika bingung apa yang hendak kita tulis sehingga kurang literasi menjadi salah satu faktor utama kekosongan dalam ide kita.

Beberapa teman kuliah saya sering sekali mengeluhkan apa saja yang dibubuhkan dalam artikel sedangkan kami diberi tugas setiap minggu untuk menulis artikel di Kompasiana. Kebanyakan mereka hanya memasukkan materi dari dosen begitu saja ke dalam tulisan apalagi ketika sudah mepet deadline, serasa ada pameran artikel di grup WhatsApp tiap tengah malam.

Setelah saya telusuri, apa sih yang menyebabkan kebanyakan orang kesulitan dalam menulis? Ternyata, menulis sendiri sangat berkaitan dengan amunisi. Karena penulis yang pandai pasti membutuhkan amunisi. Tidak ada amunisinya, tidak bisa menulis. Apa itu amunisi?

Amunisi bisa kita interpretasikan sebagai sesuatu yang harus kita isi sehingga dapat ditujukan atau digunakan pada sasaran kita. Sebenarnya, amunisi sendiri merupakan sesuatu yang diisi mesiu atau bahan peledak untuk melontarkan peluru ke sasaran. Maksudnya apa?

Sebagaimana yang diilustrasikan oleh guru-guru di sekolah dulu untuk mengajari siswa-siswanya belajar menulis yaitu kita misalkan ketika di meja ada enam gelas kosong, kita mempunyai teko yang digunakan untuk menuang enam gelas kosong itu. Kalau tekonya kosong? Apakah bisa digunakan untuk mengisi enam gelas itu? Sangat mustahil kan?
Jangankan penuh, menetes saja tidak.

Kenapa tidak menetes? Ya, karena tidak diisi air. Tapi, kalau teko itu penuh, enam gelas itu pun mudah sekali diisi. Tidak hanya penuh, bahkan hingga tumpah. Seperti halnya penulis besar seperti idola saya Andrea Hirata, ia tidak hanya mempunyai satu-dua buku saja yang membuat tekonya penuh sehingga dapat dengan mudah memenuhi keenam gelas kosong itu. Namun, bisa mengisi banyak sekali wadah lain. Karya-karyanya yang mendunia sebanding dengan amunisi yang dimilikinya. Jangankan menulis satu-dua buku, tapi beliau menulis sepuluh lebih buku. Banyak yang Best Seller pula.

Oleh karena itu, sangat penting dan mutlak seorang penulis memiliki amunisi. Semakin banyak amunisi yang ada di kepalanya, semakin berbeda sudut pandang yang ada di dalam tulisannya. Semakin berbeda sudut pandang yang dimilikinya, semakin istimewa tulisan yang diukirnya.

Berhentilah bercita-cita menjadi seorang penulis kalau tidak mempunyai amunisi di kepala. Itu sangat mustahil. Ujung-ujungnya sekedar copas materi di Google lalu mengaku sebagai karyanya. Ya, plagiasi yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Itu bukan fenomena yang langka, tapi sudah menjadi hal lumrah bagi orang-orang khususnya kebanyakan mahasiswa.

Untuk memperoleh amunisi, ada tiga cara:

Sumber gambar : pixabay.com
Sumber gambar : pixabay.com
Pertama, rajin membaca buku

Membacalah jika engkau ingin mengenal dunia, menulislah jika engkau ingin dikenal dunia.

Saya mencoba menanyai beberapa teman saya yang mengeluhkan tugas penulisan artikel. Apa kesulitan yang dihadapi saat hendak menulis? Berapa banyak buku yang dibaca tiap hari? Ya, rata-rata mereka menjawab kesulitan menemukan ide dan bahan untuk menulis. Hal itu disebabkan tidak lain dan tidak bukan karena kurangnya amunisi dalam membaca. Membaca hanya pada waktu ujian atau membaca hanya karena penugasan. Tidak ada waktu bukan menjadi alasan bagi seseorang untuk tidak membaca. Akibatnya, ketika deadline dan ide itu belum ada, copas menjadi jalan satu-satunya. Miris... (karena saya kadang juga begitu. Wkwkwk)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun