Mohon tunggu...
Tareq Albana
Tareq Albana Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Nominee of Best Citizen Journalism Kompasiana Awards 2019. || Mahasiswa Universitas Al-Azhar, Mesir. Jurusan Hadits dan Ilmu Hadits.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Singkat Berdirinya Masjid dan Universitas Al-Azhar

19 April 2019   14:48 Diperbarui: 19 April 2019   14:54 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Al-Azhar Mesir (Dokpri)

Siapa yang tidak mengenal Universitas Al-Azhar Mesir?

Sepertinya saya yakin 100% bahwa secara umum masyarakat Indonesia sudah akrab dengan salah satu universitas tertua di Dunia ini. Apalagi bagi masyarakat yang sering mendengar ceramah Ustad Abdul Somad yang selalu viral di jagad dunia maya dan ditonton oleh jutaan orang.

Akhir-Akhir ini masyarakat Indonesia semakin banyak yang mengenal Al-Azhar, pasalnya beliau seringkali menyebut Universitas Al-Azhar didalam ceramahnya, baik itu menyebutkan tentang ulama-ulamanya ataupun sejarah dan kisah-kisah hikmah tentang negeri ini.

Hal ini juga tak membuat kita heran, karena beliau sendiri memang alumni Universitas Al-Azhar, lalu kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di Darul Hadits Maroko.

Namun beliau sendiri mengakui bahwa Universitas Al-Azhar sangat berkesan dalam kehidupan dan memberikan dampak yang sangat besar dalam keilmuan beliau sendiri, hal itulah yang membuat beliau sering bernonstalgia dihadapan jamaah mengenang masa-masa beliau menuntut ilmu di Mesir.

Baca Juga: 5 Fakta Sistem Perkuliahan Al-Azhar yang Jarang Diketahui

Sejarah Panjang Perjalanan Masjid dan Universitas Al-Azhar

Universitas ini kerap disebut-sebut sebagai tertua di dunia, karena Al-Azhar didirkan pada tahun 970 M dibawah kekuasan Khalifah bani Fathimiyyah yang menguasai Kairo kala itu. Sebenarnya masih ada universitas yang lebih tua dari Al-Azhar ini di Maroko, namun gaung dan pengaruhnya belum sebesar Universitas Al-Azhar.

Masjid Al-Azhar dibangun oleh panglima Jauhar As-Shiqili lalu dibuka resmi oleh Khalifah Fathimiyyah, Al-Mu'iz Lidinillah pada 7 Ramadhan 361 H/ 972 M.

Bani fathimyyah merupakan Dinasti yang menguasai Jazirah Arab dan Timur Tengah sekitar tahun 400 Hijriah. Dinasti ini menganut Aliran Syiah, sehingga dahulunya Universitas Al-Azhar berpaham Syiah.  Raja yang memimpin ketika itu bernama Jauhar Al-Siqli.

Dahulunya didepan Al-Azhar berdiri Istana Zahra yang merupakan sentral pemerintahan Dinasti Bani Fathimiyyah, disana juga kediaman raja Jauhar Al-Siqli yang memimpin ketika Al-Azhar didirikan.

Universitas ini sudah sangat eksis sejak awal pendiriannya, dahulu khalifah Bani Fathimiyyah menggunakan Al-Azhar sebagai pusat pendidikan Da'i dan Ilmuwan yang bertujuan untuk menyebarkan Paham Syiah ke seluruh dunia.

Guru pertama yang mengajar disini bernama Syaikh Abdul Majid Al-Labbani sekaligus menjadi dekan fakultas Ushuluddin.

Al-Azhar ini merupakan universitas yang terletak didalam Masjid Al-Azhar. Keberadaan Universitas ini didalam masjid merupakan penegasanan bahwa sistem pendidikan Al-Azhar itu tidak bisa dipisahkan antara Masjid dan Universitas, keduanya saling melengkapi dalam proses pendidikan seorang muslim.

Walaupun begitu, universitas Al-Azhar kala itu masih belum menggunakan system Administrasi karena langsung dibawah pengawasan khalifah.

Dinasti bani Fathimiyyah tidak bertahan lama, kerajaan Syiah ini luluh lantak setelah diserang oleh Sholahuddin Al-Ayyubi dari Dinasti Ayyubiyah yang berpaham Ahlu Sunnah wal Jamaah (Sunni).

Ketika Sholahuddin memimpin, beliau membersihkan Mesir dari paham Syiah yang telah dianut oleh rakyat Mesir selama hampir 200 tahun lamanya. Uniknya, Sholahuddin tidak membubarkan Universitas Al-Azhar karena beliau menyadari betapa besar pengaruhnya kala itu terhadap Timur Tengah dan Rakyat Mesir.

Oleh karena itu, beliau memerintahkan untuk menutup Universitas Al-Azhar selama kurang lebih 98 tahun dengan maksud membersihkan Al-Azhar dari pengaruh Syiah dan bisa berpegang teguh dengan Ahlu Sunnah Wa-Jamaah.

Setelah ditutup selama hampir 100 tahun, mulai dari Dinasti Ayyubiyah hingga beralih ke masa Dinasti Mamalik. Ketika dibawah kekuasaan Mamalik inilah Universitas Al-Azhar dibuka kembali dan disambut  dengan meriah oleh masyarakat Mesir yang merindukan Universitas Kebanggaan mereka.

Semangat keilmuan masyarakat Mesir kembali menggeliat dengan keberadaan Al-Azhar, Ulama-ulama Sunni dari seluruh dunia banyak berdatangan ke Mesir dalam rangka mengajar sekaligus menimba Ilmu dari Ulama besar lainnya yang berada di Negeri ini.

Al-Azhar memang memiliki daya tarik tersendiri, sehingga menjadi magnet bagi seluruh penuntut ilmu di dunia untuk datang Universitas ini, baik untuk belajar ataupun mengajar.

Pemberlakuan Sistem Administrasi

Al-Azhar menggunakan sistem administrasi pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Dhahir Barquq (1382 M) dimana ia mengangkat Sultan Bahadir At-Thawasyi sebagai direktur pertama, ini terjadi dimasa pemerintahan Bani Mamalik. Setelah itu dengan sistem administrasi yang baik, universitas ini berkembang dengan sangat pesat, sehingga tidak hanya ilmu-ilmu agama saja yang dipelajari, melainkan juga ilmu-ilmu sains, sastra dan Filsafat.

Universitas tertua di dunia ini mencapai masa keemasannya di abad 14 dan 15, dimana universitas ini memiliki ilmuwan dan cendikiawan yang menguasai hampir seluruh cabang ilmu pengetahuan, mulai dari Kedokteran, Astronomi, Optik dan berbagai disiplin ilmu lainnya, tak heran jika Al-Azhar mampu menarik minat penuntut ilmu di dunia untuk datang kesana.

Pada masa inilah muncul tokoh-tokoh Islam yang mendunia seperti Ibnu Khaldun yang menjadi rujukan sosiologi dunia selama ratusan tahun, selanjutnya ada Imam Jalaluddin ash-Shuyuti yang mengarang hampir di berbagai disiplin keilmuan agama.

Bahkan dahulunya sudah banyak penuntut ilmu dari Nusantara datang ke Mesir untuk belajar, terbukti dengan adanya salah satu Ruwaq (kelas) didalam Masjid Al-Azhar yang dinamakan Ruwaq Jawi yang berarti Kelas khusus untuk orang-orang Nusantara (orang Mesir dahulu menyebut Nusantara dengan istilah "Jawi" yang diambil dari kata Jawa). Ruwaq Jawi masih digunakan hingga sekarang untuk kajian keilmuan.

Pembaharuan Administrasi Universitas Al-Azhar

Dahulu Universitas Al-Azhar tidak menggunakan sistem perkuliahan dan pembagian jurusan seperti sekarang, melainkan menggunakan sistem talaqqi dan halaqah-halaqah keilmuan. Sehingga mahasiswa bisa mempelajari semua cabang keilmuan yang ia minati.

Sistem pembelajaran Al-Azhar yang lama masih terus bertahan hingga awal abad 19. Pada masa itu Grand Syekh Al-Azhar, Ahmady Al-Dhowahiri mencetuskan untuk menggunakan sistem perkuliahan dan pembagian jurusan sebagaimana yang kita lihat sekaranag.,

Pembaharuan administrasi kembali dilakukan dengan menggunakan sistem perkuliahan dan pembagian jurusan pada tahun 1930 M.

Pembaharuan tersebut dilakukan dengan membuat pembelajaran yang awalnya didalam masjid, dipindahkan ke ruang kelas, Universitasi ini juga mulai menggunakan pembagian jurusan dan pembagian gelar untuk para alumninya hingga pembuatan ijazah, sebagaimana yang diterapkan dalam sistem administrasi Modern.

Sistem penjurusan juga diberlakukan agar para mahasiswa bisa focus menguasai satu bidang keilmuwan di Universitas ini dan menjadi spesialis dalam keilmuan tersebut.

Baca juga; 4 Fakta Unik Dosen Universitas Al-Azhar

Sistem perkuliahan di Universitas Al-Azhar diremikan oleh raja Fuad 1 pada  tahun 1933 M, dan raja tersebut mengunjungi fakultas Ushuluddin dan mendengarkan khutbah dari seluruh mahasiswa, termasuk salah satu mahasiswa asal Indonesia yang bernama Muhammad Farid asal Jawa.

Ketika itu, tercatat ada 11 orang mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu disana.  Pada awal peresmiannya, Universitas Al-Azhar kala itu hanya memiliki 3 fakultas yaitu Fakultas Ushuluddin, Fakultas Syariah dan Fakultas Bahasa Arab.

Sekarang Al-Azhar sudah memiliki belasan fakultas dengan puluhan cabang jurusan, namun mahasiswa asal Indonesia hanya bisa mendaftar di fakultas keagamaan saja, yang nanti akan saya jabarkan di tulisan selanjutnya.

Setelah pembaharuan tersebut, sistem pembelajaran di Al-Azhar berjalan dengan baik, ruangan kelas ditambah, lokasi kampus yang baru dibangun disebelah Masjid Al-Azhar karena jumlah mahasiswa yang terus bertambah.

 Sekarang diperkirakan sudah ada sekitar 400.000 Mahasiswa Asing yang menuntut ilmu di Universitas tertua di dunia ini.

Nama Al-Azhar juga semakin dikenal di Indonesia setelah munculnya tokoh-tokoh agama, ekonomi dan politik yang merupakan Alumnus Al-Azhar.

Tokoh ulama yang berasal dari Azhar diantaranya Dr. Qurays Shihab, Ustad Abdul Somad, Hanan At-Taki dan TGB Zainul Majdi (ex-Gubernur Lombok). Di beberapa Negara banyak alumni Al-Azhar yang menjadi pemimpin, bahkan ada salah satu Negara di afrika yang dipimpin oleh presiden yang alumni Al-Azhar.

Hingga saat ini, mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar berjumlah hampir 7000 orang dan terus bertambah setiap tahunnya. Universitas ini menjadi favorit karena manhaj pembelajaran dan keilmuannya telah diterima dan diakui oleh seluruh dunia.

Tidak hanya itu, biaya hidup, biaya perkuliahan yang sangat murah serta kualitas pembelajaran yang berpengalaman ribuan tahun juga menjadi alasan utama bagi pelajar Indonesia untuk menuntut ilmu di Mesir.

Baca Juga: Kuliah di Negeri Indah dengan Biaya Murah

Tareq Albana, Cairo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun