Mohon tunggu...
Tareq Albana
Tareq Albana Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Nominee of Best Citizen Journalism Kompasiana Awards 2019. || Mahasiswa Universitas Al-Azhar, Mesir. Jurusan Hadits dan Ilmu Hadits.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama FEATURED

Bahasa Anak Jaksel dan Lunturnya Semangat Sumpah Pemuda

29 Oktober 2018   03:25 Diperbarui: 27 Oktober 2019   22:09 2983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa Anak Jaksel (Sumber: Tribun.Style.com)

Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia.
Kami Putra dan  Putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia  menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Tiga kalimat diatas merupakan teks keputusan Kongres Pemuda ke-dua yang diucapkan 90 tahun yang lalu, dan sampai sekarang masih selalu dikenang dan dikenal sebagai "Sumpah Pemuda" oleh ratusan juta rakyat Indonesia zaman ini

Mungkin kita semua sudah mengetahui bagaimana kisah dan sejarah Sumpah Pemuda ini, baik dari pelajaran Kewarnegaraan di sekolah dasar hingga di buku-buku sejarah Indonesia yang sering kita baca.

Perlu diketahui, bahwa deklarasi yang diucapkan didalam kongres Pemuda yang kedua ini merupakan sebuah tekad dan komitmen pemuda Indonesia diseluruh Indonesia untuk bersatu dan mengajak semua pihak untuk mendukung gagasan kemerdekaan Indonesia.

Begitu besarnya keinginan untuk segera lepas dari cengkraman penjajah yang sudah berates tahun lamanya memperbudak bangsa yang besar ini. Maka tidak heran, hasil kongres ini disebarkan diseluruh media cetak dan radio, untuk menggalang kekuatan dan dukungan moril dari rakyat Indonesia.

Tiga pokok sikap yang diutarakan saat kongres itu adalah mengakui tanah air yang sama, berbangsa yang sama serta menjunjung bahasa persatuan yang sama yaitu Indonesia. Ini adalah kemajuan yang begitu penting bagi bangsa Indonesia, karena gagasan kemerdekaan tidak akan mungkin bisa diwujudkan tanpa tiga hal ini.

Namun yang menjadi perhatian saya akhir-akhir ini adalah poin ketiga dari isi Sumpah Pemuda, yaitu menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan mengutamakan nya lebih dari bahasa manapun.

Menarik sekali membahas hal ini, saya melihat bahwa semangat berbahasa Indonesia yg ada di poin ketiga dari isi sumpah pemuda inilah yang secara jelas, sudah mulai luntur dari kehidupan pemuda Indonesia saat ini.

Sebelum membahas lebih lanjut, saya ingin bercerita sedikit mengenai fenomena maraknya penggunaan bahasa Belanda dahulu, saat Indonesia masih dijajah oleh belanda.

Sebagaimana yang kita tahu, dahulu masih banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan bahasa Belanda, karena kebutuhan administrasi kala itu yang hamper seluruhnya menggunakan bahasa Belanda. Selain itu, bahasa Belanda juga menjadi sebuah pembeda antara masyarakat yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan.

Masyarakat pedesaan dan yang tidak sekolah kala itu tidak banyak yang bisa berbahasa Belanda, karena hanya orang yang pernah sekolah di kampus miliki Belanda saja yang fasih menggunakan nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun