Mohon tunggu...
Tardi Setiabudi
Tardi Setiabudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Rendah Hati Motivasi Diri

Tardi Setiabudi, berasal dari salah satu desa di Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak Desa, Menjadi Akademisi dan Bangga Bertemu Guru

10 Mei 2021   15:43 Diperbarui: 16 Mei 2021   16:54 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 2018 saya mendaftar kuliah bersama teman-teman melalui jalur mandiri di Perguruan Tinggi Negeri tepatnya Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa biasa disebut Untirta Serang Banten Program Studi Magister Administrasi Publik (M.AP). Agar bisa diterima di Universitas tersebut saya bersama teman-teman harus mengikuti tes yang di selenggarakan oleh panitia. Setelah menunggu beberapa minggu saya bersama teman-teman menerima pengumuman melalui web resmi Untirta bahwa kami semua diterima. Tentu saya dan teman-teman merasa senang dan bahagia bisa melanjutkan kuliah di Strata dua.

Perkuliahan biasa dilaksanakan pada hari sabtu pukul 08.00 sampai pukul 17.00, itu merupakan waktu yang panjang menyita pikiran dan biaya. Namun saya bersama teman-teman tetap semangat dan menikmatinya karena sudah menjadi sebuah konsekuensi dari awal mendaftarkan diri sebagai calon mahasiswa Pascasarjana Untirta.

Jarak tempuh dari tempat saya tepatnya Desa Kandangsapi Kecamatan Cijaku Kabupaten Lebak-Banten menuju Kampus Untirta cukup jauh membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Untuk idealnya, saya berangkat dari rumah harus jam setengah lima pagi atau setelah ibadah shalat subuh. Dengan begitu ada sisa waktu untuk beristirahat di Kampus sambil makan pagi di kantin sebelum masuk kelas.

Sedangkan perjalanan pulang dari Kampus ke rumah sedikit lebih lama dibandingkan berangkat dari rumah menuju kampus yaitu membutuhkan waktu sekitar 4 jam atau dari pukul 17.00 s.d 21.00. Kenapa lebih lama? Pertama, perjalanan pulang disuasana sore hari selalu berhadapan dengan macetnya jalan di daerah kota serang karena padatnya aktivitas masyarakat. Berbeda dengan pagi atau subuh belum adanya akivitas masyarakat sehingga jalan masih lenggang. Kedua, banyak berhenti di tengah perjalanan untuk mencari tempat makan sambil beristirahat dan mencari tempat ibadah menjelang Shalat Magrib.

Saya berangkat dari rumah menuju kampus terkadang ikut bersama teman yang membawa kendaraan roda empat, biasanya kurang lebih 4 orang atau 6 orang dalam satu kendaraan tergantung jumlah yang akan masuk kuliah pas hari itu. Sepanjang perjalanan di dalam kendaraan, banyak cerita dan pengalaman dari masing-masing. Ada yang bercerita tentang keluarga, masa lalu, dan rencana apa setelah lulus kuliah dari Pascasarjana Untirta. Kendaraan tersebut terasa hangat dan nyaman dengan cerita yang beragam sampai tidak terasa akan sampai di tujuan yaitu Kampus Untirta.

Namun saya sendiri tidak selalu berangkat bersama teman-teman selama kuliah. Saya lebih banyak berangkat sendiri menggunakan kendaraan sepeda motor, karena sering adanya aktivitas pribadi yang tidak bisa ditinggalkan. Ada rasa perbedaan berangkat kuliah antara sendiri dengaan teman-teman. Apa yang membedakan? Berangkat bersama teman-teman terasa lebih eksekutif karena menggunakan kendaraan roda empat atau mobil. Ketika cuaca sedang panas tidak kepanasan ketika cuaca sedang hujan tidak kehujanan. Berbeda dengan berangkat sendiri hanya menggunakan kendaraan sepeda motor. Ketika cuaca sedang panas pasti kepanasan ketika cuaca sedang hujan pasti kehujanan. Untuk itu saya selalu membawa jas hujan di dalam box sepeda motor untuk berjaga-jaga ketika akan turun hujan.

Mengingat perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan, saya tidak selalu berangkat pagi ke Kampus bila kondisinya kurang memungkinkan. Namun saya biasa berangkat di sore hari ke Serang kemudian menginap di Rumah Buku SAF yang merupakan Lembaga Sosial Kemasyarakatan di bawah naungan Yayasan Suwaib Amiruddin Foudation (SAF). Lembaga tersebut dibangun sejak tahun 2014 mempunyai slogan Membangun Bangsa Dengan Modal sosial hingga saat ini sudah berulang tahun yang ke 7 (2021). Selama saya sering menginap di Rumah Buku SAF banyak pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan. Misalkan belajar kesederhanaan, dialog Publik dan sebagainya. Dari semua itu saya mempunyai keluarga baru yang banyak memberi inspirasi.

Selama kuliah banyak ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan. Misalkan dari adanya kuliah lapangan, seminar dan belajar bersama teman-teman untuk mendiskusikan isu-isu publik. Selain itu ada hal yang berkesan yaitu, tingginya tingkat saling menghargai sesama teman karena tidak berlakunya sebuah jabatan di lingkungan Kampus sehingga tidak kaku dalam berinteraksi.

Foto bersama Dr. Suwaib Amiruddin, M.Si Pembina SAF sekaligus Dosen Untirta (Dokpri)
Foto bersama Dr. Suwaib Amiruddin, M.Si Pembina SAF sekaligus Dosen Untirta (Dokpri)
Saya Sebagai mahasiswa bukan saja dekat dengan teman-teman tetapi saya juga mendapatkan kedekatan dengan Dosen. Pertama, Dr. Suwaib Amiruddin, M.Si sebagai pembina SAF. Saya banyak mendapatkan ilmu dan pengetahuan dari beliau ketika selama di Kampus ataupun di Rumah Buku SAF. Misalkan tentang teori dan pedesaan yang saat ini sedang menjadi sorotan publik. Beliau seseorang yang cinta dan perduli terhadap Desa, ketika saya berdiskusi dengan beliau tidak akan jauh dari opini Desa. Dengan begitu saya menyebutnya seorang penggagas Desa.

Foto bersama Dr. Ipah Ema Jumiati. M.Si, Dosen Untirta (Dokpri)
Foto bersama Dr. Ipah Ema Jumiati. M.Si, Dosen Untirta (Dokpri)
Kedua Dr. Ipah Ema Jumiati. M.Si, beliau merupakan Kaprodi Magister Administrasi Publik. Kedekatan saya dengan beliau semenjak semester satu. Dimana waktu beliau sedang ada kegiatan penelitian tentang Pendamping Desa, saya diajak untuk membantu mewawancarai informannya, dan sampai diajak untuk menghadiri Fokus Discussion Group (FDG) di marbella anyer. Itu merupakan sesuatu penghargaan bagi saya karena belum pernah mengikutinya.

Selain itu, beliau juga sebagai pembimbing saya dalam penyusunan Tesis di semester 4 banyak sekali ilmu yang saya dapatkan dari beliau. Misalkan bagaimana cara menulis yang baik dan mudah dipahami oleh pembaca. Beliau tidak pernah berhenti memotivasi saya agar Tesisinya cepat selesai. Di bawah bimbingan beliau saya merasa nyaman sampai akhirnya Tesis saya selesai kemudian di sidangkan bulan juli 2020. Dengan rasa syukur, saya dinyatakan lulus pertama di Prodi Adminisrasi Publik Tahun 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun