Mohon tunggu...
Tara Inastu Kandarpa
Tara Inastu Kandarpa Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa UKDW

Biotechnology

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menuju Madiun Bebas DBD

29 Mei 2020   14:43 Diperbarui: 29 Mei 2020   15:20 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tara Inastu -Tugas Artikel Teknik Pengendalian Vektor

Indonesia memiliki keragaman flora dan fauna yang tinggi, namun demikian hal ini akan meningkatkan risiko penyakit yang mengancam kesehatan manusia. Keragaman fauna dapat menjadi vektor atau pembawa suatu penyakit dari lingkungan yang kemudian masuk ke dalam tubuh manusia. 

Akibatnya manusia akan terserang penyakit, salah satu penyakit yang sering terjadi karena adanya pembawa adalah Demam Berdarah Dengue. Pada tahun 2019 Jawa Timur menduduki peringkat pertama dengan angka DBD terbanyak se Indonesia. Data Dinas Kesehatan Kota Madiun mencatat ada 245 kasus DBD pada tahun 2019. Tingginya kasus menjadi PR untuk pemerintah dan masyarakat dalam menurunkan angka kasus DBD di Kota Madiun. 

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue karena gigitan nyamuk dengan gejala klinis demam, nyeri otot, nyeri sendi yang disertai ruam, dan trombositopenia (Suhendro et al, 2006). Virus ini dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. 

Dalam hal ini  nyamuk berperan sebagai vector yang artinya sebagai pembawa penyakit untuk ditransferkan kedalam tubuh manusia. Nyamuk Aedes aegypti biasanya hidup di daerah yang kurang bersih, lembab, dan teduh . Misalnya pada genangan air, selokan, rawa, sawah, hutan, kebun, maupun pada tanaman. Kebiasaan nyamuk Aedes aegypti dalam menghantarkan virus dengue yaitu pada saat pagi hari saat matahari terbit dan sore hari sebelum matahari terbenam.

Kasus DBD di Kota Madiun masih tinggi dikarenakan masih banyak masyarakat yang menganggap sepele penyakit tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat yang menjadi faktor risiko terserang penyakit DBD. Misalnya tidak memberihkan pekarangan rumah secara rutin, tidak menutup genangan air, tidak memotong semak maupun tanaman sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk. Selain faktor kebiasaan tersebut, faktor lain yang menjadi faktor risiko terserang penyakit DBD adalah curah hujan yang tinggi, sehingga menyebabkan tingginya perkembangbiakan nyamuk.

Di Indonesia, curah hujan memiliki hubungan yang erat dengan laju peningkatan populasi nyamuk. Saat musim kemarau banyak barang bekas seperti kaleng, gelas plastik, bekas ban, bambu dan lainnya ditumpuk atau dibiarkan disuatu lahan kosong di tempat terbuka. Ketika cuaca memasuki musim penghujan maka tempat-tempat tersebut akan menjadi sarana penampung air hujan, sehingga nyamuk akan memilih tempat tersebut untuk berkembang biak. 

Tempat yang berisi air bersih akan menjadi tempat yang nyaman untuk nyamuk betina meletakkan telur-telurnya. Dalam waktu yang singkat telur tersebut akan menetas menjadi larva yang kemudian dalam waktu 9 -- 12 hari akan menjadi nyamuk dewasa. Setiap tempat yang berpotensi sebagai penampung air bersih dapat dijadikan tempat peletakan telur oleh nyamuk betina, terlebih dengan cuaca yang mendung akan mendukung naluri nyamuk untuk bertelur. Maka dari itu seiring dengan curah hujan yang tinggi maka penyakit DBD juga akan meningkat.

Keadaan ini cukup mengkhawatirkan, dengan kebiasaan tersebut maka pasien penyakit DBD akan meningkat setiap waktunya. Untuk itu perlu adanya upaya pencegahan baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk mengurangi risiko DBD, seperti pembersihan pekarangan rumah secara rutin, menguras bak mandi secara rutin, memasang kelambu nyamuk, menggunakan lotion anti nyamuk, menutup genangan air, penggunaan biolarvasida untuk selokan, memotong dan membersihkan tanaman maupun semak-semak. 

Pemerintah juga dapat melakukan upaya pencegahan dengan melakukan fogging yang tepat dalam artian bahwa pemerintah dapat melakukan fogging pada tempat-tempat yang memiliki risiko perkembangan nyamuk tersebut. Jika upaya fogging telah dilakukan tetapi penyakit DBD masih terus meningkat, maka pemerintah harus mengambil tindakan lain seperti menganalisa tingkat resistensi nyamuk terhadap zat kimia fogging guna mengetahui konsentrasi zat kimia yang tepat dalam penerapannya. Untuk itu peran keduanya sangatlah penting dalam menciptakan Kota Madiun bebas DBD.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun