Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Siapa Pun Capresnya, AHY Calon Wapres Favoritnya

1 Maret 2022   10:19 Diperbarui: 1 Maret 2022   15:45 1396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memberi keterangan kepada pers usai menghadiri cara perayaan Natal Partai Demokrat di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (29/1/2022). (Foto: KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D)

Karena sistem kekuasaan politik di negara ketiga yang belum matang. Aktor politik sering terjebak dengan logika fisik kekuasaan dimana mereka merasa berkuasa penuh atas kewenangan terhadap negara. Maka sebahagian besar aktor politik kerap meninggalkan perahunya dan berjalan secara one man show dalam kekuasaan politik.

Lihatlah bagaimana kekuasaan di daerah provinsi dan kabupaten/kota yang satu level atau beberapa level lebih rendah kualitasnya dibanding kepemimpinan negara. 

Hampir sebahagian besar para kepala daerah tidak menempatkan wakilnya sebagai orang kepercayaan utamanya (alter ego). Bahkan diantara mereka terjadi disharmoni sepanjang masa kepemimpinannya. Karena apa?  

Salah satu faktornya adalah mereka di daerah lebih dominan belajar merebut atau memenangkan politik tapi mereka sedikit belajar sistem perawatan kekuasaan. 

Sebahagian besar para pemimpin meninggalkan jabatannya dengan merusak image dan citra partai politiknya pada rakyat. Indikatornya setelah mereka memimpin dan berkuasa maka calon penerusnya sulit memenangkan pemilihan periode berikutnya. 

Hal ini adalah kecenderungan dalam kepemimpinan di sebahagian besar negara dan daerah di dunia. Namun bukan tidak ada sama sekali setelah pemimpin negara mengakhiri tugasnya karena konstitusi membatasinya, tetapi karena rakyat mencintainya dan mengharapkan si pemimpin melanjutkan.

sumber: twitter.com/demokrat_tv
sumber: twitter.com/demokrat_tv

Maka kader pemimpin lain dengan mudah mendapat dukungan rakyat melalui partai politik yang sama. 

Hal ini juga bisa terjadi di negara ini, namun di negara kita masih tersendat misalnya diakhir presiden pertama Ir.  Soekarno memimpin terjadi gelombang protes besar kemudian digantikan Jenderal Soeharto. 

Namun setelah beberapa waktu Soeharto berkuasa maka rakyat kembali merindukan Soekarno. Begitu juga setelah kepemimpinan negara setelah Soeharto diturunkan,  kemudian kepemimpinan negara berada pada kelompok reformasi, Gusdur, Megawati dan SBY, kemudian rakyat justru merindukan Soeharto kembali. 

Begitulah kecenderungan politik sosial pada sebahagian besar negara-negara ketiga. Siklus dukungan rakyat ini menjadi suatu pola politik yang berulang,  ketika disambut dengan baik maka akan menjadi kekuatan politik, bila tidak disambut maka tunas politik itu akan hilang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun