Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sulit Memasukkan Ibu Risma sebagai Pemimpin Terlepas Rakyat Memuji dan Memilihnya

27 Januari 2021   10:38 Diperbarui: 27 Januari 2021   11:09 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Tempo

Berbeda jika kapasitas anda pemimpin di desa atau lurah, cukup dengan aktivitas gotong-gotong, royong-royong supaya masyarakat melihat anda penuh tanggung jawab bekerja saban hari dan memudahkan anda menilap uangnya, apalagi tidak ada yang kritik.

Oleh karena itulah maka pemimpin itu butuh orang yang cerdas, butuh kualitas dan kapasitas, menguasai ilmu atau teori dan pengalaman, melihat praktek-prakteknya dan sisi dan kisinya.

Jadi pemimpin itu jika cukup otaknya untuk mengatur manajemen kerja dan mengarahkan masyarakat melalui simpul-simpulnya, maka kualifikasi rapat dan pertemuan berbagai macam yakni ada rapat kordinasi, ada rapat umum, ada pertemuan-pertemuan dengan stake holders dan elemen masyarakat untuk mensosialisasikan program kerja kelembagaan secara teratur dan bertahap secara rapi.

Itulah manajemen, maka memimpin itu disebut juga seni, kalau anda memimpin kemudian memperlihatkan marah-marah kepada aparatur negara dibawah anda itu tidak berbeda dengan memperlihatkan kebobrokan anda sendiri meskipun niat anda memperbaiki tetapi hal itu kontraproduktif dengan teori kepemimpinan. 

Di situlah perbedaan egoisme dan kepemimpinan, disitulah perbedaan demagog dan negarawan. Bukankah orang-orang yang bekerja dibawah anda butuh kepercayaan rakyat? Bukankah orang-orang yang bekerja dibawah anda butuh penghargaan dari pemimpinnya? 

Bukankah orang-orang yang bekerja dibawah anda sama dengan anda bercita-cita atau ingin juga seperti anda? Karena itulah diperlukan politik, kalau tidak ada ilmu politik maka anda memerintah sebagaimana memerintah sapi atau kerbau kala membajak sawah. Sistem perintah kasar hanya berlaku pada mesin yang tidak mengenal perasaan dan dampak psikologis yang sering digunakan penjajah atau sistem feodalisme.

Sebagai pemimpin sosial, jika anda mengeksploitasi pengemis sekalipun maka sikap anda perlu merujuk pada psikologis dan kemanusiaan. Anda tidak perlu pamerkan mereka sebagai pengemis meski mereka tidak keberatan karena tuntutan kebutuhan serta mentalitasnya. Tetapi bukankah mereka mahkluk sosial yang memiliki kerabat, keluarga dan sanak familinya? Bukankah mereka punya harapan meski kondisinya sedang terpuruk? Bukankah mereka punya cita-cita? Bukankah mereka juga ingin seperti anda sebagai menteri, gubernur dan presiden serta posisi dan status sosial yang baik?

Jangan sampai dengan model kerja kita sebagai pemimpin, mempermalukan pihak lain dan menjatuhkan harga diri orang lain untuk meningkatkan posisi dan harga diri kita sendiri. Menurut saya disitu letak egoisme dan pemimpin. 

Memang pada masyarakat awam egoisme dan memimpin nyaris tidak bisa dipisahkan, egoisme itu juga dianggap memimpin karena simbol dan jabatan yang melekat pada seseorang. Tapi ketika kita kaji tentang kualitas kepemimpinan kesimpulannya minus atau nilainya merah.

Pemimpin memang membutuhkan sikap tegas, tetapi tegas itu hanya dapat dilihat dalam substansi kepemimpinan. Lalu, siapa yang bisa melihat tegas tersebut? 

Apakah secara vulgar melihat seseorang berjabatan menunjuk dan bersuara keras dan mengarahkan orang dibawahnya bisa disebut tegas? Non send begitu dalam kepemimpinan, apalagi kepemimpinan sosial kepemimpinan rakyat. kepemimpinan sipil, kepemimpinan daerah dan negara. Kalau sikap demikian adalah tegas maka tidak diperlukan aturan sebagaimana UU, Perpres, dan aturan lain yang beresensi perintah secara resmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun