Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sulit Memasukkan Ibu Risma sebagai Pemimpin Terlepas Rakyat Memuji dan Memilihnya

27 Januari 2021   10:38 Diperbarui: 27 Januari 2021   11:09 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Tempo

Oleh : Tarmidinsyah Abubakar

Dengan memohon maaf kepada semua pihak terutama kepada Ibu Risma menteri sosial secara pribadi dan kelihatannya semakin banyak fans dan orang bertepuk tangan dan mengelukan sebagaimana petarung kick boxing di arena kejuaraan piala gubernur atau presiden.

Memang kita harus mengakui realita, bahwa negeri kita sedang menghadapi sebuah dilema besar tentang model dan format kepemimpinan, terutama kepemimpinan yang menyentuh lapisan masyarakat bawah karena memang pemimpin yang demokratis, politik demokratis sebagai budaya baru di negeri kita. 

Budaya baru ini ibarat orang belajar naik sepeda, ketika bannya berputar dan sepedanya jalan kencang akan banyak yang tepuk tangan meskipun di tikungan depan anda menabrak pohon. Atau boleh juga anda lihat ibarat babi berlari (the pig running), yang bebas kontrol tanpa kaca samping kiri dan kanan.

Positioning penulis saat ini murni sebagai penulis yang ingin memberi kontribusi kepada sumber daya manusia bangsa dengan ide, gagasan agar bangsa ini tumbuh normal dalam kepemimpinan serta tidak menjadi lelucon bangsa lain, sebagaimana sandiwara politik Jokowi memberi penghargaan lembaga presiden untuk pengkritik Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Hal ini juga pertama di dunia dan karena pertama di dunia, yuk kita bertepuk tangan dan berbangga sebagaimana calon presiden dan wakilnya menjadi menteri pada saingannya yang juga pertama di dunia, yuk..sama-sama kita bertepuk tangan.

Saya memilih tidak bertepuk tangan dan sekedar mengetahui sedang terjadi apa pada bangsa ini.

Baik, kita kembali kepada substansi dengan kepemimpinan bu Risma, apakah penjelasan tadi tidak menerangkan kepemimpinan Risma karena saya tidak menyebut namanya? Wah...tergantung merek kopi apa yang anda minum ketika membaca tulisan ini, he...he....

Pemimpin itu, esensinya adalah bagaimana ia memahami kondisi masalah sosial kemudian bagaimana ia membuat kebijakan publik sebagai solusi, agar masyarakat mendapatkan alat untuk menangani problemanya, sekaligus bagaimana ia mendelegasikan kewenangan secara rapi kepada bawahannya, itulah memimpin.

Maka pemimpin pemerintahan itu sejak jaman penjajahan Belanda sudah dilengkapi perangkat kerjanya supaya mereka aman dan nyaman berpikir menggunakan otaknya untuk membuat kebijakan publik dan perlu diingat jangan sampai pemimpin itu melakukan fotocopy atau membeli pulpen sendiri ketika diperlukan apalagi mengatur perkir ketika melihat perparkiran tidak teratur. 

Yang perlu anda lakukan adalah mendelegasikan kewenangan ditangan anda secara manis  (sweetly) dalam memerintah dan mengajarkan aparatur dibawah anda secara baik dan menyenangkan, jika juga kontra dapat diganti, kesimpulannya jika ada bidang penanganan masyarakat yang tidak sesuai maka arahan anda sebagai pemimpinnya tidak efektif atau bawahan anda kualitas sumber dayanya yang perlu diubah dan di didik secara benar dengan ilmu dan pemikiran dan kewibawaan anda.

Justru karena itulah mulai anda bekerja, listrik, air, peralatan, perlengkapan kerja disiapkan negara, termasuk kenyamanan buang air besar dan kecil disiapkan negara, untuk apa? Supaya otak anda bekerja sebagai pemimpin tidak terganggu dan bisa berpikir untuk merencanakan dan menajalankan program menangani problema masyarakat dari Sabang hingga Marouke, jika anda presiden atau menteri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun