Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyoal Perdebatan dan Ribut karena Agama, Bagaimana Kita Menyikapinya?

26 September 2020   16:07 Diperbarui: 5 Oktober 2020   20:45 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali kita mendengarkan orang-orang berbicara tentang kebaikan dan keburukan prilaku serta kebijakan publik dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di negara ini. Begitu mudahnya masyarakat mengklaim kebijakan publik itu salah dan merugikan masyarakat, apalagi kebijakan pemerintah berkaitan dengan agama dan budayanya yang dijalankan secara turun temurun.

Jika kurang yakin maka siapapun anda sebagai pejabat coba saja buat pernyataan publik yang menyentuh kebangsaan, kesucian dalam kepercayaan agama atau budaya maka bersiaplah menghadapi hujatan dan bahkan ada warga masyarakat yang mendendam kepada anda, padahal pengetahuannya tentang itu sangat terbatas.

Parahnya lagi ada warga masyarakat yang hanya mampu berpikir sebatas "baik dan buruk" tanpa nalar yang tentu saja mereka akan menempatkan anda pada posisi lawannya sepanjang hidup padahal anda dengannya dalam satu kesatuan negara, bangsa dan bahkan dalam satu kepercayaan, kemudian anehnya anda jauh lebih taat dalam hal yang disoalkan daripadanya yang jauh dibawah standar.

Contohnya begini, ada seorang anak yang cara pikirnya kreatif dia akan berpikir terhadap hal yang rasional dan akan mempertanyakan apa saja yang tidak rasional menurut pikirannya termasuk dalam hal budaya dan hal-hal yang dianggap suci dalam agama.

Suatu ketika anak ini melihat karikatur bunda Maria sedang memegang rambut dan kepala Yesus. Kemudian ia juga melihat karikatur Abu Lahab paman Nabi Muhammad tidur dengan Unta. Lalu ia berkata kepada orang-orang bahwa Yesus waktu kecil pasti berkutu, karena rambutnya panjang dan jaman itu belum ada shampo. Kemudian dia juga bilang Abu Lahab paman nabi Muhammad itu tidurnya malamnya sama unta.

Lalu suasana menjadi ramai dan mulailah memberi hukuman kepada anak ini dengan berbagai macam cara, dikeluarkan dari pengajian Islam atau kristen. Jika mentalnya kuat maka ia pun tenang saja, tapi jika mentalnya tidak siap maka pastilah ia akan minder dan menjadi defensif.

Atau yang lebih nyata, pernah di Aceh terjadi perdebatan terhadap pernyataan seorang ustat yang menyatakan bahwa Abdullah ayah nabi itu tidak masuk syurga. Kemudian ia pun diramaikan dengan hujatan oleh ustat lainnya kemudian menjurus ke persaingan aliran yang kemudian menghadapkan masyarakat dengan pilihan aliran. Pertanyaannya apakah demi aliran dalam Islam? Jawabnya juga bukan (really not true)

Padahal agama Islam mengajarkan bahwa yang tahu seseorang masuk syurga itu adalah Allah, (Allah is omniscient atau Allah knows everything), pendapat manusia itu hanya persepsi, lalu apa yang diperdebatkan? Karena memperdebatkan hal itu sama dengan membuat publikasi kelemahan mereka dalam beragama. Lalu Jawaban lainnya yang diketahui masyarakat adalah kepentingan pragmatis (pragmatic religious interests)

Ketika menyinggung ini maka orang akan menghadapi masalah sehingga orang-orang yang paham enggan mempertanyakan meskipun banyak yang paham tentang itu. Sementara masyarakat lainnya menjadi ketakutan menyinggung hal tersebut.

Superficial business and political interests (tend to drag) religion as a shield. Kepentingan bisnis dan politik yang dangkal cenderung menyeret agama sebagai tameng. Lalu pertanyaannya, apakah ulama atau pendeta atau apapun sebutan pemuka agama lain tidak boleh berpolitik? Jawabnya adalah boleh, namun kita akan membahas pada tulisan lain.

Profil Warga Negara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun