Mohon tunggu...
Taqyuddin Ibnu Syafii
Taqyuddin Ibnu Syafii Mohon Tunggu... Guru - Penulis

penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hikmah Puasa dalam Mendidik Generasi Remaja

29 Desember 2020   21:38 Diperbarui: 29 Desember 2020   21:49 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ditengah derasnya arus globalisasi, kaum remaja sekarang dihadapkan oleh tantangan degradasi akhlak yang semakin mengkhawatirkan dari masa ke masa. Perilaku-perilaku negatif yang terjadi seperti pergaulan bebas, perkelahian antar remaja, mencuri, membolos, dan kenakalan-kenakalan lainnya, mulai dianggap tabu di sebagian kalangan masyarakat. Lebih merisaukan lagi jika hal itu tidak ditangani dengan serius akan berdampak pada terkikisnya akhlak dan moral mereka kedepannya.

Dari berbagai permasalahan tersebut, pergaulan bebas menjadi faktor utamanya. Lingkungan non-pesantren yang kurang religius, ditambah dengan pendidikan ala barat yang acuh dengan norma-norma agama yang berlaku seakan mendukung nilai kebebasan bersosial mereka. Padahal islam mengajarkan bahwa antara laki-laki dan perempuan terdapat batasan-batasan yang harus dijaga agar terhindar dari perilaku yang menjurus kepada zina. Maka dari itu perlu bimbingan serius kepada para remaja agar hidup mereka stabil dan terarah dalam kegiatan yang positif.

Menurut Ardial, peranan puasa sangat menentukan dalam pembentukan watak dan perilaku remaja. Sebab melalui puasa diharapkan dapat menimbulkan keyakinan diri, karena dengan puasa itu akan mengantarkan pribadinya menjadi muttaqin (Ardial, 2001). Hal ini sejalan dengan pendidikan yang diberikan melalui ibadah puasa seperti tertuang dalam hadis Qudsi. Allah menyebutkan:

"sesungguhya puasa itu untuk-Ku. Karena itulah Akulah yang langsung membalasnya. Puasa itu ibarat perisai, pada hari melaksanakan puasa, janganlah yang berpusa mengucapkan kata-kata kotor, tidak sopan, dan tidak enak didengar dan jangan pula ribut hingar bingar bertengkar" (hadis Qudsi, riwayat Syaikhani dan Ibnu Hibban.

Melalui puasa, remaja diharapkan dapat menetralisir segala kepribadian yang kompleks itu. Dalam kaitan psikologi, Pengendalian diri dari makan dan minum akan membangun dan menguatkan serta melatih energy jasmani, pikiran , kenginan untuk bertahan terhadap godaan id dan ego sehingga tidak mudah dikendalikan oleh keduanya. Dengan demikian, pelaksanaan ibadah yang baik dan benar akan membangun kekuatan pengendalian diri (Suprayetno, 2001).

Selain itu, orang yang melaksanakan ibadah puasa, akan menumbuh kembangkan kepedulian social yang mendalam, dan selalu berpihakkepada kelompok dhuafa (fakir dan miskin). Kondisi semacam ini bermuara kepada penghayatan terhadap pengalaman-pengalaman ibadah puasa tersebut. Sehingga dengan itu semakin jelas bahwa pada hakikatnya puasa akan membentuk manusia yang tangguh dan ideal (Simanjuntak, 2001), terkhususnya para remaja dengan pribadi kompleksnya.

Oleh karena itu, dengan menghayati hikmah-hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa ini akan mengantarkan kita menjadi pribadi-pribadi yang ideal, memiliki komitmen moral yang tinggi serta membentuk kepribadian muslim yang paripurna. Pribadi-pribadi itulah yang akan membangun peradaban terbaik untuk negeri Indonesia ini. Maka ibadah puasa ini harus dijadikan syiar agar kita semua memahami urgensi penerapan puasa  ini, terlebih bagi generasi muda sekarang.

Sumber:
Ardial. (2001). Puasa Membina Perilaku Remaja. 181.
Simanjuntak, M. (2001). Puasa dan Shalat Membentuk Manusia yang Tangguh. 65.
Suprayetno. (2001). Puasa Ramadhan Dalam Perspektif Psikologi. 111

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun