Beras adalah komoditas yang punya masa hidup. Semakin lama ia disimpan, maka kualitasnya akan semakin menurun. Oleh karena itu, beras tidak bisa ditimbun berlama-lama, karena ia bisa keburu busuk sebelum sempat dikonsumsi oleh masyarakat.
Pemahaman seperti ini yang sedang menghantui pemerintah saat ini. Mereka sedang berupaya mencari cara agar Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) dapat lebih mudah menyalurkan stok beras. Alasannya, saat ini Bulog menyimpan cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 2.050.000 ton. Sedangkan beras yang tersalurkan sampai April 2019 lalu  baru sebanyak 400 ribu ton. Itu belum menghitung tambahan stok berupa target serapan beras Bulog tahun ini yang sebanyak 1.800.000 ton.
Masalahnya, kondisi penumpukan beras itu dialami Bulog sejak bertahun-tahun yang lalu. Wakil Presiden Jusuf Kalla juga pernah mengeluhkan bahwa Bulog dulu juga mengalami kesulitan penyerapan beras karena skema bantuan dan tunjangan yang berubah.
Dulu PNS, TNI, dan Polri menerima tunjangan beras yang diberikan secara langsung (natura). Setiap aparatur sipil negara (ASN) mendapat jatah beras dari Bulog 18 kilogram (kg) per bulan. Namun, sejak 2001, tunjangan itu tak lagi diberikan dan diganti dengan pemberian uang.
Bantuan sosial (bansos) juga telah diganti dengan bantuan pangan nontunai (BPNT). Sementara itu, Bulog tidak boleh menjadi penyuplai tunggal BPNT. Dengan demikian, beras yang dibeli penerima bansos dari e-warung merupakan beras dari Bulog dan supplier lainnya. Artinya, Bulog mengalami pengurangan jatah penyaluran beras dengan adanya BPNT dan tunjangan yang disalurkan secara nontunai untuk ASN.Â
Bukannya mencari model penyaluran yang baru dan lebih inovatif, Bulog malah seperti ingin kembali ke cara lama. Mereka menghendaki agar tunjangan pangan untuk ASN akan kembali disalurkan dalam bentuk pemberian beras. Hal itu dapat meningkatkan serapan stok beras yang ada di Bulog.
Bila kebijakan itu benar-benar dilaksanakan, maka ASN kita akan menjadi korban dari ketidakmampuan Direktur Utama (Dirut) Bulog, Budi -Buwas- Waseso mengelola perusahaannya. Akibat ia tidak mampu mencari model penyaluran, ASN kita akan dikorbankan untuk mengonsumsi beras yang mutunya sudah turun lantaran disimpan terlalu lama di gudang Bulog.