Hampir semua dari kita sadar bahwa suhu politik dalam negeri sedang panas-panasnya menjelang Pemilihan umum dua minggu lagi. Saling promosi, saling degradasi, terjadi antar kandidat calon presiden, tim suksesnya, partai politik, dan calon-calon anggota legislatif. Hasil survei menunjukkan terjadi persaingan ketat antar calon presiden. Itu menyebabkan terjadinya ketidakpastian mengenai siapa yang akan terpilih di tanggal 17 April nanti.
Oleh karena itu, kita mesti bersyukur dengan pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) awal pekan ini yang memprediksi harga beras masih akan stabil pada bulan puasa mendatang. Bahkan kontribusi inflasi pangan pada bulan puasa mendatang juga diperkirakan akan rendah.
Apalagi sekitar satu bulan lagi kita akan memasuki bulan puasa yang diperkirakan jatuh pada tanggal 5 dan 6 Mei 2019. Memang benar ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan, seperti tomat dan bawang, tapi beras yang jadi kebutuhan pokok tidak ikut fluktuasi.
Jadi bisa dikatakan, keseluruhan harga bahan pangan terkendali. Hanya komoditas tertentu yang bergerak karena faktor musim.
Kunci dari stabilitas harga pangan, khususnya beras, adalah stok dan pasokan. Â Maksudnya adalah bagaimana pemerintah bisa mengelola stok beras yang dimiliki saat ini.
Ini tak lepas dari pengalaman pemerintah mengelola stok beras pada tahun lalu. Ketika itu harga beras relatif terkendali dikarenakan pemerintah terus mengelola stok dengan baik sehingga tak ada gejolak harga.
Harga komoditas beras di pasaran saat ini cenderung mengalami penurunan. Harga beras medium saat ini masih di bawah harga eceran tertinggi (HET) Rp 9.500 per kilogramnya. Harga beras medium kualitas bagus harganya di bawah HET, di pasar harganya Rp 8.500 per kilogram. Memang ada yang harganya Rp 9.500 per kilogram. Tapi dengar-dengar, harga itu masih bisa ditawar.
Dengan demikian, mari kita menyambut Pesta Demokrasi dan mempersiapkan Ramadhan dengan hati yang tenang. Karena setidaknya, perut kita masih akan kenyang sampai beberapa waktu ke depan.
