Mohon tunggu...
Taofik Wildan
Taofik Wildan Mohon Tunggu... Buruh - Saya adalah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Wildan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Berpacu dengan El Nino

27 Maret 2019   18:30 Diperbarui: 27 Maret 2019   18:38 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi akibat El Nino (Foto: rmolsumsel.com)


El Nino atau musim kering yang panjang, adalah momok menyeramkan yang harus diantisipasi kedatangannya. Kendati fenomena itu belum akan muncul dalam waktu dekat, semua elemen pertanian harus bersiap-siap.

Fenomena El Nino ini ditengarai akan memengaruhi produksi berbagai komoditas pertanian. Misalnya produksi jagung tahun ini belum tentu sebaik tahun lalu. Pasalnya ada dua faktor utama yang bisa mempengaruhi total produksi nasional yaitu cuaca dan minat petani.

Oleh karena itu, muncul wacana untuk memilih antara prioritas produksi jagung atau padi. Meski sejauh ini, opsi peningkatan produksi jagung adalah yang paling kuat dibicarakan. Pilihan itu memang pasti berat. Tapi antara jagung dan padi harus ada yang dikorbankan salah satunya untuk menopang kebutuhan pangan dan pakan tahun ini. Pilihan yang paling rasional adalah mengonversi lahan tadah hujan ke jagung. Pasalnya pada saat kemarau komoditas palawija itu pasti akan mendapatkan harga yang baik.

Dengan begitu, otomatis pendapatan yang diterima petani pun membaik. Pertimbangannya adalah, dari pada gagal di padi lebih baik tanam jagung saja. Meski konsekuensinya adalah berkurangnya produksi padi.

Bisnis 

Ada pertimbangan tertentu agar pemerintah fokus pada peningkatan volume produksi jagung. Pengalaman pada 2018 harga jagung sampai menyentuh Rp 6.000/kg dan itu lebih menarik bagi petani. Tak heran bila nanti akan ada banyak petani yang mengonversi tanamannya pada periode April-September.

Sekadar pola tumpang sari pun diperkirakan tidak akan maksimal menambah produksi jagung. Diperkirakan setelah masa tanam padi selesai Mei ini, petani tinggal melihat peluang kemunculan El Nino. Bila ia benar-benar muncul, maka dampaknya sawah tadah hujan pasti terganggu karena air pasti minim. Dan Itu merupakan peluang untuk bertanam jagung.

Selain petani rakyat, diharapkan ada juga perusahaan pelat merah yang mau terjun di pertanian jagung. Walau ada syarat utamanya, yakni jual beli dilakukan secara komersial. Karena penggunaan jagung itu lebih kepada industri dibandingkan dengan konsumen akhir.

Masuknya perusahaan pemerintah di pertanian jagung ini, bisa berfungsi sebagai buffer stok mana kala cadangan menipis perseroan melepas cadangan yang dimiliki. Sehingga tidak terjadi kelangkaan seperti tahun lalu yang akhirnya menuntut Bulog untuk mengimpor jagung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun