Mohon tunggu...
Taofik Wildan
Taofik Wildan Mohon Tunggu... Buruh - Saya adalah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Wildan

Selanjutnya

Tutup

Money

Mempertahankan Reputasi Negeri Rempah

26 Maret 2019   22:17 Diperbarui: 26 Maret 2019   22:30 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rempah (Foto: indoindians.com)

Negeri kita adalah negeri yang kaya-raya, berlimpah ruah dengan rempah-rempah. Sejarah menunjukkan bahwa sejak ratusan tahun yang lalu bangsa-bangsa asing mengarungi samudera demi mencicip sensasi rempah yang dihasilkan oleh tanah Nusantara.

Namun kejayaan itu kini mungkin hanya akan jadi kenangan dan nostalgia semata. Harga rempah-rempah seperti pala, lada, cengkeh, kayu manis, dan lain sebagainya seperti tidak berharga di masa jayanya. Kelesuan harga rempah itu bisa membuat petani tidak lagi bersemangat menanamnya, atau bahkan mungkin mengalihkan komoditas di lahannya. Bila itu terjadi, maka kejayaan negeri rempah hanya akan jadi sejarah.

Ingat ya (meme olah pribadi)
Ingat ya (meme olah pribadi)
Perlu ada penanganan khusus agar rempah kita tidak jatuh harga dan petani tetap bersemangat menanamnya. Seperti yang diusulkan oleh Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) agar pemerintah memberlakukan sistem harga pokok produksi (HPP) terutama untuk komoditas rempah. Karena selama ini, HPP hanya diberlakukan pada komoditas bahan pangan pokok seperti padi atau jagung.

Bisnis

HPP ini dipercaya bisa mencegah petani rempah mengkonversi lahannya ke komoditas lain. Maka ada baiknya pemerintah menetapkan HPP rempah-rempah semisal lada, kayu manis dan pala. Skema HPP itu bisa diatur dengan pola penyaluran subsidi di saat harga turun di bawah HPP. Sehingga petani tidak lantas mengonversi lahan ketika komoditasnya jatuh harga. 

Beberapa negara lain sudah menerapkan skema HPP itu untuk komoditas unggulannya. Misalnya Vietnam dan Thailand yang berani melakukan hal itu untuk komoditas perkebunan unggulan seperti karet. Di mana ketika harga anjlok pemerintah melakukan penetrasi supaya harga terkerek naik.

Indonesia pun berpotensi melakukan hal serupa bila kebijakannya mendukung. Apalagi, rempah telah menjadi komoditas unggulan sejak abad 17 sebelum kelapa sawit dan karet menjadi primadona devisa.

Selama ini, upaya Kementerian Pertanian (Kementan) menjaga reputasi kita sebagai negeri penghasil rempah masih terbilang konvensional. Campur tangan pemerintah baru sebatas bantuan dalam hal perbenihan, pendampingan petani agar kualitas produksi meningkat. Langkah itu tidak jelek, karena bisa mutu produksi rempah dan komoditas perkebunan kita diakui sebagai yang terbaik di dunia internasional. Tapi akan lebih baik bila mekanisme harga juga ikut dijaga. Sehingga produk berkualitas akan semakin disempurnakan dengan semangat petani berproduksi.

Keluh petani (meme olah pribadi)
Keluh petani (meme olah pribadi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun