Mohon tunggu...
Taofik Wildan
Taofik Wildan Mohon Tunggu... Buruh - Saya adalah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Wildan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Waktunya Bulog Serap Gabah

20 Maret 2019   21:16 Diperbarui: 20 Maret 2019   21:18 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gabah petani (Foto : Trubus)

Panen raya harusnya jadi waktunya para petani bersuka cita. Tapi kali ini, para petani malah gundah gulana. Mereka sedang mencari-cari keberadaan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk menyerap gabah hasil produksi mereka.

Apalagi saat ini, harga gabah sudah mulai melorot turun. Dan Bulog masih seperti belum terlihat batang hidungnya. Sebagai contoh, di Nusa Tenggara Barat sana (NTB), harga gabah kering panen (GKP) sudah sepekan terakhir menyentuh angka Rp 4000 per kilogram. Nominal itu lebih rendah bila dibandingkan dengan acuan harga pembelian pemerintah (HPP) yang Rp 4070 per kg.

Di Takalar Sulawesi Selatan malah lebih parah lagi. Harga GKP di sana sudah menyentuh angka Rp 3800. Sedangkan di Nganjuk, Jawa Timur, harga gabah kering panennya sudah di Rp 3700 per kg. Padahal sepuluh hari yang lalu, harganya masih ada di kisaran Rp 4300.

Republika

Gabah banyak (meme olah pribadi)
Gabah banyak (meme olah pribadi)
Para petani yang sudah memanen sawahnya, kini menunggu Bulog datang dan membeli gabah mereka. Supaya harga tidak semakin melorot. Tentu Bulog bukan seperti pemburu rente lain yang sengaja menunggu harga sampai jatuh serendah-rendahnya, untuk kemudian dijual di harga tinggi. 

Bulog juga perlu mengingat kondisi cuaca yang sedang sering hujan. Sedangkan mayoritas petani tidak punya mesin pengering dan hanya mengandalkan terik matahari saja. Bila terlambat diambil Bulog, maka gabah itu bisa jadi basah lagi atau busuk.

Bulog harusnya bisa mendengar bahwa sejumlah petani di beberapa daerah produsen padi meminta Bulog hadir di tengah-tengah mereka dan melakukan penyerapan gabah. Lagi pula Saat ini, para petani padi sedang melakukan panen raya sehingga ketersediaan pasokan untuk Bulog sangat berlimpah.

Ada dugaan, lambannya Bulog menyerap gabah petani karena mereka masih punya stok melimpah di gudangnya. Karena selama ini, Bulog mengeluhkan perubahan sistem rastra yang membuat mereka tidak lagi menyalurkan beras sebanyak biasanya. Meski alasan itu terdengar konyol. Ketidakmampuan Bulog mendistribusikan stok berasnya sama saja mereka mengerdilkan kemampuan pemasarannya. Bulog jadi terlihat kurang kreatif mencari peluang pasar baru untuk menjalankan fungsi komersialnya.

Memang selama ini pasar Bulog disediakan pemerintah. Bulog serap gabah kalau ada kebutuhan untuk penyaluran rastra dan sebagainya. Oleh karena itu, seharusnya Bulog bisa cari pasar baru agar fungsi stabilisator harga Bulog juga jalan.

Sentil nih (meme olah pribadi)
Sentil nih (meme olah pribadi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun