Jalan raya Demak -- Godong sempat jadi lautan sambal akhir pekan lalu. Itu terjadi karena petani cabai beramai-ramai melakukan aksi buang cabai di jalan. Penyebabnya adalah, mereka kecewa lantaran harga cabai yang terus turun hingga mereka merugi.
Cabai-cabai yang berserakan di jalan, digilas oleh kendaraan yang lalu-lalang. Untung saja di dekat situ tidak ada aksi buang bawang dan buang terasi. Karena nanti, roda kendaraan akan dilekati sambal betulan.
Dari pemberitaan yang sudah beredar, seorang petani mengungkapkan bahwa harga cabai merah terus anjlok.Â
Sejak akhir tahun 2018 lalu, harga cabai terus merosot dari semula Rp20.000 per kg jadi Rp15.000. dan kini harga jualnya hanya di kisaran Rp 6.000 per kg. Perubahan harga cabai merah pada panen raya ini lebih buruk dibanding tahun lalu. Di Kabupaten Demak, sedikitnya ada 1.100 hektare tanaman cabai merah yang akan dipanen. Dengan anjloknya harga cabai tersebut, petani tidak memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Dalam kondisi seperti ini, solusi yang para petani harapkan adalah pemerintah menggelar operasi pasar untuk menstabilkan harga cabai merah. Karena bila harga terus melorot, para petani mengancam untuk mogok menanam cabai pada musim berikutnya. Siapa pula yang mau bertanam bila hasilnya malah jadi merugikan?
Permintaan para petani agar pemerintah melakukan operasi pasar, sebetulnya masih masuk di akal. Kementerian Pertanian (Kementan) bisa saja menggelar operasi untuk membeli produk cabai petani. Atau bisa juga Kementan meminta pelaku industri menyerap cabai petani, atau bahkan setidaknya Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) yang membelinya.
Karena komoditas si kecil pedas ini sebenarnya masuk dalam kebutuhan pokok rakyat Indonesia. Kalau diperhatikan, sambal selalu terhidang di setiap meja makan masyarakat kita.Â
Ancaman petani yang ogah menanam cabai itu juga tidak bisa diremehkan. Karena bila mereka benar memboikot produksi cabai, maka akan terjadi kekurangan pasokan, yang kemudian menaikkan harga cabai di pasaran. Buntutnya sudah bisa kita tebak. Para emak-emak akan ramai berteriak mengenai harga cabai yang melonjak.
Kita berharap agar Bulog bisa menangkap urgensi semacam ini. Jangan hanya mau jadi badan pengimpor komoditas bernilai besar seperti beras, gula, dan jagung saja. Cabai juga perlu diperhatikan.