Agama bukan teroris, teroris bukan agama. Islam bukan teroris, teroris bukan islam.Â
Agama jangan sampai ditarik2 ke dalam teroris. Teroris jangan sampai dianggap agama. Membuat anak kecil bunuh diri dengan bom, sudah pasti tidak sesuai dengan agama. Sudah pasti salah - sudah pasti tidak ada benarnya.Â
Budaya kita, memang sangat paternialistik. Bila seorang "guru" berbicara apalagi topiknya "agama", pendengar cenderung percaya. Ditambah dengan dukungan medsos, gaungnya jadi berlipat-lipat. Kita kadang2 agak ragu bila ingin melawan "guru" - apalagi topiknya agama, alhasil gaungan berlipat tanpa ada sanggahan berarti. Padahal guru yg menyebarkan kebencian - mana bisa benar - sudah pasti salah ?
Hati2 dengan segala tindakan mengkaitkan agama dengan teroris. Karena dari sanalah mereka akan mengusahakan kebingungan dan perpecahan. Sehingga fokus kita melawan teroris malah jadi berantem sendiri. Teroris sudah pasti melakukan ini dengan segala cara. Sekali lagi, membuat anak kecil bunuh diri dengan bom..tidak mungkin ada benarnya..jadi jangan dicari-cari benarnya.
Jika saja, dikuatkan terus pesan2nya - bahwa teroris itu bukan agama, dan agama itu bukan teroris - saya yakin, paparan virus teroris ini akan sangat berkurang daya tularnya. Asal saja jangan justru para "guru2" yang malah berdebat soal ini - lha, sudah sampai ada anak diajak bunuh diri - masak masih debat ? Masalahnya gak semua "guru" itu benar-benar pantas jadi guru sih. Ada yang kerjaannya malah "ngompori".Â
Politik dimensinya beda lagi. Singkatnya politik tanpa etika - tidak ada arti apa2 - bahkan merusak. Ia jadi menghalalkan segala cara.Â
Tapi malas juga bahas panjang2 soal politik ini - intinya...segera saja bereskan RUU anti teroris. Ancaman teroris bukan saja di depan pintu, tapi sudah ada bersama kita. Masak iyah , masih debat lagi ? Ini hanya memberikan ruang untuk teroris bebas berekspresi saja. (lha wong menghina dpr aja bisa dihukum...dimana soal kebebasan berekspresinya ?)