Mohon tunggu...
tanti prasetiyowati
tanti prasetiyowati Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

In progress

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seberapa Pentingnya Peran Orang Tua dalam Perkembangan Remaja?

22 Oktober 2019   09:00 Diperbarui: 22 Oktober 2019   09:03 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

SEBERAPA PENTINGNYA PERAN KELUARGA DALAM KEHIDUPAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi

 Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

 Dari Dosen Pengampu : Ibu Naili Rofiqoh

Ditulis Oleh :

 Tanti Prasetyowati  ( 1903016049 )

Pendidikan Agama Islam

Universitas Islam Negri Walisongo Semarang

PENDAHULUAN

Istilah perkembangan dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup kompleks.  Adapun yang dimaksud dengan pertumbuhan adalah proses perubahan jasmani yang terjadi sampai mencapai titik kematangan secara fisik yang bersifat kuantitatif yang di alami oleh individu yang satu dengan yang lain yang berbeda, sedangkan perkembangan adalah perubahan individu yang lebih kearah rohaniah untuk setiap individu, karena perkembangan individu berbeda, perkemebnagan juga memiliki pola-pola tersendiri yang khas yang hanya bisa di amati tanpa bisa di ukur, pertumbuhn dan perkembangan brjalan menurut norma-norma tertentu.  

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia diantaranya faktor hereditas ( keturunan / bawaan ) kondisi atau faktor lingkungan faktor maturation ( pematangan ). Adapun yang di maksud dengan faktor heditas adalah proses penurunan sifat -- sifat atau ciri -- ciri tertentu yang ada pada orang tua atau kerabat terdekat.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada pada manusia. Salah satu nya adalah faktor lingkungan, Faktor kondisi lingkungan ini juga mempengaruhi perkembangan manusia. Lingkungan merupakan suatu tempat dimana kita saling membuutuhkan atau saling berinteraksi antara manusia satu dengan manusia yang lain. Maturasi atau pematangan adalah siapnya suatu organ-organ fungsi kehidupan , baik pisik maupun psychis untuk berkembang dan melakukan tugasnya dengan baik.

PEMBAHASAN

Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa remaja, masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat di arahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (konopka, dalam pikunas, 1976;Kaczman dan Riva,1960) menurut erikson bahwa remaja remaja merupakan masa berkembangnya identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja (Adams & Gullota, 1983:36-37;Conger, 1977: 92-93) erikson memandang pengalaman hdup remaja berada dalam keadaan moratorium, yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan , dan mampu menjawab pertanyaan "siapa saya?" dan mengingatkan bahwa kegagalan remaja untuk mengisi atau menuntaskan tugas ini akan berdampak tidak bagik bagi perkembangan dirinya.

Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya, mereka mungkin akan melakukan perilaku yang menyimpang, melakukan kriminalitas, atau menutup diri dari masyarakat. oleh karena itu agar nantinya bisa menjadi individu yang berhasil diperkembangan masa dewasa.

Maka remaja harus banyak belajar untuk dapat memperoleh tempat dalam masyarakat sebagai warga Negara yang yang bertanggung jawab, bahagia serta menjadi penerus kehidupan nusa dan bangsa, namun apabila dilihat dari kenyataanya pada saat ini tidak semua remaja yang diharapkan kelak menjadi penerus bangsa dapat menikmati kehidupan yang baik . adpun di Dalam proses pertumbuhan dan perekembangan remaja terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi, dan salah satunya faktor lingkungan dalam keluarga ( peran orang tua ) terdapat beberapa ahli yang mengemukakan mengenai pengertian keluarga di antaranya yaitu:

F.j brown berpendapat bahwa di tinjau dari sudut pandang sosiologis, keluarga dapat di artikan kedalam dua macam, di antaranya yaitu a) dalam arti luas keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan "clan"  atau marga; b) dalam arti sempit keluarga meliputi orang tua dan anak.

Maciver menyebutkan lima ciri khas keluaraga yang umum terdapat  di mana-mana , yaitu: a) hubungan berpasangan ke dua jenis, b) perkawinan atau betuk ikatan lain yang mengokohkan hubungan tersebut, c) pengakuan akan keturunan, d) kehidupan ekonomis yang dislenggarakan dan dinikmati bersama.

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan  pribadi anak khususnya pada remaja, perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun social budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Keluarga juga dipandang sebagai dapat memnuhi kebutuhan manusia, terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan perkembangan ras manusia, apabila mengaitkan pernaan keluaraga  dengan upaya memenuhi kebutuhan individu dari maslow, maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat melakukan perlakuan yang baik terhadap remaja.

Peck (loree, 1970:144) telah meneliti  hubungan antara karakteristik emosional dan perlakuan keluarga dengan elemen elemen stryktur kepribadian remaja, hasil temuannya menunjukan bahwa:

Remaja yang memiliki "ego strength" (kematangan emosional), integrasi pribadi, otonomi, bertingkah laku rasional, persepsi diri dan social yang akurat, dan keinginan untuk mnyesuaikan diri dengan harapan-harapan masyarakat) secara konsisten berkaitan erat dengan pengalamannya di lingkungan keluarga yang saling mempercayai dan menerima.

Remaja yang memiliki "superego strength" (berperilaku secara efektif yang dibimbing oleh kata hatinya) sangat berkaitan erat dengan keteraturan dan konsistensi kehidupan keluarganya.

Remaja yang "friendliness" dan "spontannetty" berhubungan erat dengan iklim keluarga yang demokratis.

Remaja yang bersikap bermusuhan dan memiliki perasaan gelisah atau cemas terhadap dorongan-dorongan dari dalam, berkaitan erat dengan keluarga yang otoriter.

Selanjutnya menurut braumrind yang mengemukan mengenai dampak "parenting styles" terhadap perilaku remaja salah satu di antara nya yaitu dapat menimbulkan adanya sikap remaja yang lebih merasakan pemberontakan. Perhatian orang tua sangat pentig bagi perkembangan anak terutama krtika anak mrnginjak masa remaja karena masa remja merupakan masa pencarian jati diri. Menurut  J.piager, remaja adalah masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yaitu antara umur 12-21 tahun . pada masa ini beralih dari hidup yang penuh dengan ketergantungan kepada orang lain dan harus melepaskan diri dari ketergantungan tersebut serta memikul tanggung jawabnya sendiri. Remaja memiliki perasaan takut kehilangan masa kanak-kanak untuk menuju ke arah tanggung jawab yang lebih besar, oleh karena itu masa remaja adalah masa yang paling sulit (Gunarsa, 2003).

Dalam proses pencarian jati diri, remaja harus deiberikan bimbingan, arahan dan pendidkan dari lingkungan sekitar agar proses pencarian jati diri tersebut bermuara pada sikap dan perilaku yang terpuji, dalam mewujudkan hal tersebut dibutuhkan peran yang terpenting bagi orang terdekat dengan anak yaitu orang tua, orang tua adalah orang sangat mengenal seluk beluk anak. Namun pada kenyataanya saat ini banyak orang tua yang kurang atau bahkan tidak memperhatikan perkembnagan sikap dan perilaku anak remajanya, para orang tua sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga tanpa membutuhkan kebutuhan bathiniah si anak kelurga bahkan terkadang hanya sebagai tempat perhentian sementara, remaja selalu mengharapkan dan mendambakan keluarga yang harmonis, jika anak dalam keluarga yang harmonis maka dirinya akan merasa diterima dan diperhatikan oleh keluarganya, anak akan merasakan kenyamanan bila berada di tengah-tengah keluarga, anak juga akan merasa diperhatikan oleh orang tuanya, sehingga dalam kehidupa sosialnya anak akan bisa bersosialisasi, baik dengan lingkungan masyarakatnya maupun teman-temannya di lingkungan sekolah. Namun sebaliknya jika dalam suatu keluarga anak tidak mendapatkan kenyamanan dari orang terdekatnya, maka anak akan merasa tidak diperhatikan dan berkurangnya rasa kenyamanan,  tidak terjadi komunikasi, tidak ada kesempatan untuk bertanya ataupun bertukar pikiran. Hal tersebut membuat anak merasa kurang diperhatikan, sehingga ia akan mencari kebebasan  kegiatan di luar rumah bersama teman-temannya.

Apabila lingkungan tidak menerima dirinya sehingga tidak menutup kemungkinan anak akan mencari kenyamanan dan kebebasan bersama teman-temannya, jika teman-temannya tersebut  berperilaku tidak baik , maka dapat memicu si anak untuk berperilaku tidak baik, misalnya seperti melakukan kenakalan seperti minum-minuman keras, menggunakan narkotika, melakukan seks bebas, mencopet,kebut-kebutan dijalan raya dan sebagainya. Bahkan yang terjadi saaat ini maraknya pemakaian narkoba dan seks bebas yang akhirnya berujung pada HIV/AIDS dan pastinya setelah  kena virus kehidupan remaja akan sangat timpang dari segala segi.

Dari hasil penelitian mengenai remaja yang hamil di luar nikah menunjukkan kecendrungan bahwa kehamilan remaja diluar nikah cenderung selalu mengalami peningkatan dari taun ke taun, Yayah Khisbiyah (1994), misalnya mengutip hasil penelitian yang menunjukkan intensitas angka kehamilan remaja di luar nikah, lembaga konseling remaja, sahabat remaja, menemukan dari berbagai kasus yang mereka tangani  pada taun 1990  dijumpai ada 80 remaja usia 14-24 taun yang hamil sebelum nikah, penilitian di manado yang dilaporkan oleh Warouw mengambil 663 sampel secara acak dari 3.106 orang meminta induksi haid ditemukan sebanyak 472 responden yang belum menikah (71,3%) mengalami kehamilan yang tidak dikhendaki (unwated pregnancy). Dari jumlah tersebut, 291 responden (28,8%) berusia 14-19 taun 345 responden (52%) berusia 20-24 taun. Penelitian  selanjutnya khisbiyah melaporkan bahwa data dari klinik dan praktik dokter disekitar kabupaten magelang diduga ada 1456 kasus kehamlan remaja dalam setaun.

Kehamilan remaja di luar nikah tidak hanya membawa dampak negative bagi si calon ibu, tetapi juga bagi anak yang dikandungnya, selain itu keluarga dari remaja yang hamil di luar nikah pun pasti akan mengalami tekanan batin dan berbagai macam cacian dari lingkungan sekitar. Mungkin terdapat pertanyaan yang terbesit dalam benak kita: apakah anak perempuan yang yang dilahirkan oleh ibu remaja di luar nikah pada saat itu menginjak remaja nanti lebih memiliki kemungkinan untuk hamil di luar nikah jika dibandingkan dengan anak-anak yang dilahirkan dengan anak-anak yang dilahirkan dari ibu-ibu dewasa dalam pernikahan yang sah? Pertanyaan ini cukup menarik untuk dikaji lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya efek estafet dari kehamilan remaja di luar nikah  dar Baldwin dan Cain (1981) melaorkan bahwa tanda-tanda terjadinya efek tesebut nemang ada, anak-anak yang lahir dari remaja yang hamilsebelum menikah memiliki kemungkinan lebih besar di banding dengan anak yang lahir dari ibu yang sudah dewasa atau matang atau sudah melakukan pernikahan yang sah, hal itu karena kurangnya kemampuan orang tua untuk mendidik dan mngasuh anaknya dengan baik dan benar sehingga resiko untuk terjerumus kedla kehidupan negative akan lebih besar lagi.  Dari dampak yang di alami dari kejadian tersebut sedikitt banyak nya akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari di sekolah maupun di masyarakat.  

Adapun faktor-faktor yang memicu kenakalan pada remaja disebabkan karena kurangnya waktu orang tua untuk mendidik anak karena kesibuknnya sendiri, peran keluarga dalam mencegah kenakalan remaja berjalan kurang efektif, sehingga kurangnya memperhatikan pendiidkan dan aktivitas anaknya sehari-hari, bahkan saat ini banyak orang tua yang lebih memilih memberikan kebebasan pada anaknya dan lebih membiarkan anaknya untuk menentukan pilihannya sendiri, hal inisesuai dengan pendapat jansen dalam sarwono (2011) yaitu teori rational chice yang menyatakan bahwa kenakalan remaja terjadi karena pilihannya sendiri, interes, motivasi atau kemauaanya sendiri. Orang tua lebih mementingkan pekerjaannya  sehingga tugas utama mereka untuk mendidik serta menjaga anaknya sering kali terabaikan, kurangnya waktu yang dimiliki oleh orang tua membuat hubungan orang tua dan anaknya menjadi renggang. Keluarga memiliki peran penting dalam membentuk pertahanan seseorang terhadap serangan penyakit social sejak dini, orang tua yang lebih mementingkan kegiatannya sendiri tanpa memperhatikan anaknya  merupakan awal dari rapuhnya pertahanan anak terhadap serangan penyakit social.

Adapun menurut saya penyimpangan yang terjadi pada remaja saat ini tidak jauh dari pengaruh orang tua dalam mendidik anaknya, orang tua yang lebih meluangkan waktunya untuk lebih perhatian dan mengawasi anaknya dalam bergaul akan mampu menjadikan seorang anak remaja menjadi lebih baik dan nurut pada orang tua serta akan terhidar dari perilaku-perilaku yang menyimpang dan sebaliknya jika orang tua bersikap acuh atau sama sekali tidak peduli dengan apa yang dilakukan anaknya, hal itu membuat renggangnya hubungan anak dengan orang tua.  seorang anak akan cendrung akan melakukan  pemberontakan serta melakukan suatu hal yang menyimpang, mereka menganggap jika mereka melakukan hal-hal yang menyimpang akan menarik perhatian dari orang tuanya, namun kenyataanya tidak.

KESIMPULAN

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu perubahan yang tak terbatas yang di alami oleh individu, tentu proses perkembangan dan pertumbuhan pasti dialami oleh remaja, adapun faktor yang sangat berperan penting pada pertumbuban dan perkembangan remaja adalah orang tua. Orang tua memiliki peran penti g karena orang tua adalah orang terdekat bagi suatu anak,  Seorang anak akan berperilaku baik jika mendapatkan kasih sayang serta perhatian dari orang tuanya, dan sebaliknya jika anak tidak mendapatkan rasa kasih sayang atau bahkan ampai merasakan ketidaknyamanan dalam suatu keluarga, anak pasti akan memnjadi seorang pemberontak dan akan melakukan hal-hal yang menyimpang.

DAFTAR PUSTAKA

Danim,sudarwan.2010. psikologi pendidikan.bandung:alfabeta

LN.Yusuf. 2008. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung. Rosda

Jurnal pengembangan pendidikan : fondasi dan aplikasi volume 2. Nomor 1, 2014

Jurnal perkembangan remaja : sari pediatric. Vol 12.no 1, 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun