Mohon tunggu...
Tantidevi Santosa
Tantidevi Santosa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Be Mindful

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pilu Sang Kembar

10 Desember 2020   12:04 Diperbarui: 10 Desember 2020   12:11 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/mXkaku8

Rangga dan Asmara anak kembar yang tampan dan cantik, tinggal di pinggir ota bersama ayah dan ibu mereka tercinta. Rangga anak pertama yang pemberani, bijaksana, dan sangat menyayangi adiknya rara, ia berjanji pada rara untuk selalu melindunginya apapun yang terjadi. Asmara, adik Rangga yang ceria, perhatian, dan sangat menyayangi kakaknya, mereka anak kembar yang jarang sekali bertengkar, membuat orang tua mereka tidak perlu memusingkan pertengkaran anak-anaknya seperti orang tua pada umumnya yang selalu memusingkan bila anak mereka bertengkar. Sang ayah bekerja sebagai manager di suatu perusahaan demi menghidupi keluarganya, sementara sang istri seorang ibu rumah tangga yang merawat dan mendidik rangga dan rara dengan penuh perhatian, membuat rara sangat mengidolakan sang ibu. Keluarga mereka keluarga yang bisa dikatakan berkecukupan, namun tetap rendah hati.

Saat ini rangga dan rara duduk dibangku kelas 2 Sekolah Menengah Atas. Mereka ditempatkan satu kelas atas permintaan sang ibu, agar mereka dapat saling menjaga satu sama lain. Baik rangga maupun rara, mereka adalah anak-anak yang pintar dan tidak pernah membuat onar di sekolah, namun rara memiliki sifat yang sedikit usil pada teman kelas, namun teman kelas tidak mempermasalahkan hal itu, karena rara adalah penghidup suasana kelas. Rangga dan rara adalah anak yang populer, berkali-kali mereka mendapat pernyataan cinta, namun selalu mereka tolak, terlebih rangga yang overprotective pada rara, ia mengizinkan rara berpacaran jika ada laki-laki yang mirip sepertinya, tentu saja hasilnya nihil. 

Hari-hari mereka lewati dengan bahagia baik di sekolah maupun di rumah. Di rumah mereka tidak pernah telat untuk belajar dan membuat PR, jika rangga kesulitan rara akan membantu, begitu sebaliknya, pekerjaan rumah yang sudah dibagi oleh sang ibu juga tidak pernah terlewat, keluarga yang sangat harmonis sehingga membuat para tetangga terkadang iri.

"Kak contoh dari konjungsi temporal itu..." kata rara sebelum diputus oleh rangga, "kemudian" jawab rangga sambil menulis PR nya. "ih kakak, aku kan tahu!" jawab rara marah, "kamu lama" timpal rangga sambil tertawa. Tak lama ibu datang membawa minuman yang sudah dicampur dengan vitamin, "rangga, rara, diminum, vitamin itu bagus lo" kata ibu sambil tersenyum, "terima kasih ibu" kata rangga, rara mendekati sang ibu dan menciumnya sambil berkata "terima kasih ibu, rara sayang ibu", ibunya kaget dan hanya tersenyum.

Suatu hari terjadi sesuatu pada perusahaan ayah, yang mengakibatkan perusahaan bangkrut, dan ayah di PHK padahal ayah selalu mendapat gelar manager terbaik di perusahaan tersebut, kejadian itu tepat setelah Rangga dan Rara naik kelas 3 Sekolah Menengah Atas, dimana tahun terakhir mereka akan menyelesaikan masa-masa SMA nya. Seminggu setelah ayah di PHK, keadaan rumah mulai merenggang, ibu selalu pergi, membuat rara sedih dan terkadang menangis di bahu sang kakak, hingga ayah marah puncaknya pada hari pernikahan ayah dan ibu.

Ayah dan ibu bertengkar hebat, hingga terdengar oleh tetangga, Rangga membantu memisahkan ayah dan ibu sementara rara ketakutan dan bersembunyi di lemari pakaian sambil menutup telinga dan menangis. "Ayah ibu hentikan! Apa kalian tidak malu di dengar tetangga?" kata rangga marah, "Ratna apa semua ini karena aku di PHK?!" Tanya ayah emosi, ibu hanya diam, lalu menjawab dengan nada sarkas "iya, ini semua karena kamu di PHK adam! Kita punya anak kembar, dan tahun terakhir mereka, mereka harus kuliah dari mana semua uang itu kalo kamu di PHK!", "aku di PHK bukan mauku ratna, kumohon mengertilah, kita masih bisa bangkit" kata ayah lembut, "bangkit katamu?! Uang kita sudah habis untuk membayar sewa rumah, listrik dan air, bulan depan bagaimana?! Sudah adam kita hentikan pembicaraan ini, aku mau cerai" kata ibu, "cerai katamu, semudah itu kamu mengucapkan kata itu, dulu kamu berjanji untuk terus disisiku apapun kondisinya!" jawab ayah emosi, "aku sudah menemukan laki-laki lain, Rangga kamu ikut ibu! Kemasi barang-barang mu", "ngga bu! Aku mau sama rara!" kata rangga mulai menangis. Rara yang mendengar semua pembicaraan berlari keluar lemari dan menghampiri ayah dan ibu juga rangga, "ayah ibu jangan cerai" kata rara sambil terisak dan terduduk bersimpuh di hadapan ayah dan ibu, rara juga kecewa pada sang ibu yang telah bersikap demikian, hati nya hancur ketika mendengar sang ibu menyerah pada ayah, dan berselingkuh padahal rara sangat mengidolakan sang ibu.

Pertengkaran selesai dengan sang ibu membawa paksa rangga dibantu oleh sopir dan bodyguard selingkuhannya yang ternyata sudah siap dengan mobil yang terparkir di depan rumah mereka, selingkuhan sang ibu ternyata pemilik perusahaan saingan perusahaan tempat ayahnya bekerja. Momen pilu yang memisahkan Rangga dan Rara, terlukis jelas ketika rangga memeluk rara lalu rangga ditarik oleh bodyguard sementara sang ibu sudah siap membawa koper. "kakak!!! Jangan tinggalin rara sama ayah!!!" teriak rara sambil menangis, ayahnya menarik rara seperti sudah mengikhlaskan semua, dengan sorot mata layu, "ayah! Kakak... ayah tolong!" kata rara, ayahnya hanya menunduk. Malam ulang tahun pernikahan ayah dan ibu diakhiri dengan ibu dan rangga pergi dari rumah dan tidak akan pernah kembali.

Setelah kejadian itu, rara masih semangat untuk pergi ke sekolah karena akan bertemu dengan rangga, namun ia menemukan fakta bahwa rangga pindah sekolah ke luar kota, ia dipindahkan oleh sang ibu, bahkan sang ibu berniat untuk memisahkan rangga dan rara yang sama sekali tidak salah apapun. Satu kelas berusaha menghibur rara yang sangat terkejut mendengar berita itu, Rara berusaha tegar namun rasa sakit pada dirinya tidak dapat terbendung yang bisa ia lakukan hanya menangis di toilet sekolah. Disisi lain Rangga banyak melamun dengan tatapan kosong, menatap keluar jendela kamar barunya, rumah mewah besar yang terasa kosong baginya, yang ia pikirkan hanya saudari kembarnya, ia sangat merindukan rara dan ayahnya. Rangga diselimuti rasa bersalah karena meninggalkan rara, ia merasa tidak pantas menjadi seorang kakak, ia juga melanggar janjinya untuk selalu melindungi rara, kini janji itu sudah rusak sepenuhnya.

Rara dan ayahnya memutuskan untuk pindah rumah karena tidak sanggup membayar uang sewa, mereka pindah ke rumah yang lebih kecil dan letaknya jauh dari sekolah rara. Semenjak kepergian ibu dan rangga, ayahnya jatuh sakit, mereka tidak memiliki biaya untuk berobat, sehingga rara memutuskan untuk bekerja paruh waktu demi pengobatan sang ayah. Kehidupan rara pun berubah total semenjak kepergian ibu dan kakaknya, ia harus bangun dini hari untuk memasak dengan bahan seadanya dan membuat teh herbal untuk ayahnya ia beli dari uang tabungannya bersama rangga, sebenarnya uang itu mereka kumpulkan untuk membeli kado pernikahan ayah ibunya, namun semua hanya tinggal kenangan.

Untuk berangkat ke sekolah rara harus menaiki angkutan umum dengan biaya yang tidak murah, di sekolah ia menjadi pribadi yang pemurung, pendiam, dan menjadi anak yang anti-sosial, teman-temannya tidak berani untuk mendekatinya, sehingga rara benar-benar sendirian, begitu juga dengan rangga di sekolah barunya, ia benar-benar tidak ramah dan tidak bersosialisasi dengan teman-teman barunya, yang ia lakukan hanya menatap kosong langit biru berharap kehidupannya berakhir. Kini tidak ada lagi sang kembar yang ceria dan saling menjaga, hanya pahit yang terasa, sambil berharap datangnya keajaiban.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun