Mohon tunggu...
wien tanpa oo
wien tanpa oo Mohon Tunggu... Freelancer - keluarga adalah koentji

berjalan terarah, biarpun ditepian biar tetap mengakar pada apapun dan siapapun yang dilewatinya....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seniman-seniman Festival Equator "Organizing Chaos" Pamerkan Karya

25 November 2017   18:25 Diperbarui: 25 November 2017   20:44 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sigit Oius Kuncoro Kurator Biennale Jogja XIV bersama Seniman-seniman yang tergabung dlaam Festival Equator 'organizing chaos'. (Ft. wien)

Salah satu rangkaian peristiwa yang diberlangsungkan untuk mengawali perhelatan pameran utama Biennale Jogja XIV, seniman-seniman yang tergabung dalam Festival Equator (FE) 'Organizing Chaos" sejak tanggal 10 Oktober hingga 2 November 2017 memberikan peristiwa yang sangat langka kepada masyarakat terkait dengan perjalanan hajatan kesenian. Ini dilakukan dengan organizing chaos dimana tema ini dimunculkan sebagai kesadaran baru melaui peristiwa yang tidak wajar, mengingatkan momen-momen traumatic dimasa lalu dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi di Yogyakarta hari ini.

Sebagai puncak perhelatan yang sudah dilaksanakan, seniman-seniman  FE memamerkan karya-karyanya di Pendhapa Ajiyasa Jogja Nasional Museum 25 November -- 5 Desember 2019.

Koordinator seniman FE, Trisni Rahayu dalam sambutan pameran dihadapan pengunjung (25/11), mengatakan  FE Organizing Chaos ini terlaksana dengan senyap. Dilakukan pagi maupun tengah malam ditengah masyarakat, tanpa menyapa dan tanpa merespon. Kesadaran pertunjukan dihadirkan dengan sendirinya sehingga masyarakat pun dibuat bingung oleh apa yang dilakukan oleh seniman-seniman tersebut.

Koordinator seniman FE, Trisni Rahayu dalam sambutan pameran di JNM (25/11) (Ft. Wien)
Koordinator seniman FE, Trisni Rahayu dalam sambutan pameran di JNM (25/11) (Ft. Wien)
"Peristiwa ini sangat langka, dan tidak ditemui dimana-mana. Seniman-seniman yang tergabung dalam FE ini melakukan aksi diri dengan performance di lingkungan masyarakat yang dilakukan pagi, siang bahkan tengah malam. Mereka memberikan kesadaran kepada msyarakat bahwa seni itu dapat dirasakan oleh semua kalangan," terangnya.

Sementara itu Kurator Biennale Jogja XIV, Sigit Pius Kuncoro, juga menerangkan bahwa ada kegiatan lucu yang tidak dikabarkan dimana mana, banyak kegiatan dilakukan malam bahkan tengah malam.

"Ini sebuah peristiwa yang dibangun agar masyarakat juga dapat merasakan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya dan tentunya mengajak masyarakat memiliki kesadaran baru," ucap Pius

Seniman-seniman yang terlibat dalam FE anatara lain : Erson Padapiran dan kawan-kawan dengan Proyek Tapa Ngepit menggemakan bebunyian mistis dengan mengelilingi jalan-jalan di kota Jogja, Roli "LoveHateLove" dann Fajar Susanto serta Kunting melakukan aksi tabor bunga dan sesaji, Digie Sigit dengan street artist merespon box PLN/Telekomunikasi melakukan reresik mural dengan proyek Masa Depan Adalah Hari Ini, Komunitas Kukomikan dengan busana prajurit Keraton dan Lombok Abang memerankan pengatur lalu lintas, Seniman Dhomas/Kampret Yudisthira di bangunan mangkrak melakukan Proyek Rajah Kota, Komunitas Estehanget dengan piranti gamelan lengkap di Pelngkung Gading melakukan pertunjukan tanpa penonton, Ismu Ismoyo, Trianto Kotrek, Dodo, Gatot Nugroho dan Lembu yang tergabung dalam Proyek OTeWe melakukan aksi mengolah sampah dengan instalasi, Komunitas AORSI (Asosiasi Olah Raga Sketsa Publik) yang beranggotakan 30 orang melakukan aksi performance sket di tempat umum dan Trans Jogja. 

Komunitas Canka Mahameru memainkan Wayang Beber di Alun-alun Selatan dengan lakon Dhamarwulan, anak-anak SD Tumbuh juga terlibat memainkan pertunjukan gamelan bocah di lorong pasar Beringharjo, Fajar Susanto dan Fj Kunting di beberapa sungai yang terkenal di Jogja melakukan aksi kungkum didalam sungai, Proyek Per-kali-an juga melakukan performance art dilakukan pagi dan sore hari, dan seniman Budiyanto Trisno L/Yayas  dengan Proyek "Samare Semar Samar Samar" melakukan aksi di stasiun dan didalam kereta antara Solo-Jogja.

Dalam pembukaan pameran ditampilkan pula Aysha and Friend, Karawitan SD Tumbuh II, Erzon, Fj Kunting, Estehanget, Najwa, The Pools, Emon Eman dan ditutup oleh DJ Avril.

Salah satu karya seniman FE yang ditampilkan di JNM (Ft. Wien)
Salah satu karya seniman FE yang ditampilkan di JNM (Ft. Wien)
seniman Fj. Kunting bersama karya hasil perburuanya dalam FE 'organizing chaos'. (Ft. Wien)
seniman Fj. Kunting bersama karya hasil perburuanya dalam FE 'organizing chaos'. (Ft. Wien)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun