Mohon tunggu...
tannia izzati farus
tannia izzati farus Mohon Tunggu... mahasiswa

saya seorang yang menyukai hal baru

Selanjutnya

Tutup

Film

The New Rulers of the World: Eksploitasi di Balik Globalisasi

27 Maret 2025   08:36 Diperbarui: 27 Maret 2025   08:35 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film dokumenter "The New Rulers of the World" karya John Pilger membahas tentang dampak globalisasi terhadap Indonesia, khususnya mengenai bagaimana negara-negara Barat dan korporasi besar memanfaatkan sumber daya alam dan tenaga kerja murah di Indonesia. Perusahaan-perusahaan multinasional besar memiliki kekuatan ekonomi yang sangat besar, seringkali lebih besar dari negara-negara berkembang.

Indonesia digunakan sebagai contoh studi kasus untuk menggambarkan dampak negatif pada globalisasi. Indonesia ini kaya akan sumber daya alam, tetapi banyak rakyatnya yang hidup dalam kemiskinan. Film ini mengungkapkan bahwa kemiskinan ekstrem yang dialami oleh banyak warga Indonesia merupakan konsekuensi dari sistem ekonomi global yang tidak adil, di mana keuntungan hanya dinikmati oleh segelintir elit.

Film ini menyoroti kondisi kerja yang buruk di pabrik-pabrik yang memproduksi barang-barang untuk merek-merek terkenal. Pekerja dibayar sangat rendah, dengan upah minimum sekitar 72 sen per hari, dan seringkali dipaksa untuk bekerja lembur dengan jam kerja yang panjang untuk memproduksi pakaian dan sepatu untuk merek-merek terkenal di Barat. Film ini mengungkapkan bagaimana korporasi multinasional seperti Nike, Gap, dan Adidas memanfaatkan tenaga kerja murah di Indonesia untuk memaksimalkan keuntungan mereka.

Film ini mengungkap bagaimana perusahaan-perusahaan besar dan lembaga keuangan internasional, seperti Time-Life Corporation, Bank Dunia, dan IMF, memiliki peran dalam membentuk kebijakan ekonomi Indonesia sejak tahun 1967. Bank Dunia dan IMF memberikan pinjaman kepada negara-negara miskin dengan syarat yang memberatkan, seperti privatisasi dan liberalisasi ekonomi. Hal ini seringkali memperburuk kemiskinan dan ketidaksetaraan.

Pemerintah Indonesia dituduh memfasilitasi eksploitasi tenaga kerja murah untuk menarik investasi asing. Bank Dunia dan IMF juga dikritik karena memberikan pinjaman kepada negara-negara berkembang dengan persyaratan yang merugikan. Dokumenter tersebut juga menyinggung tentang korupsi dan kolusi yang terjadi di Indonesia pada masa pemerintahan Suharto. Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, dituduh mendukung rezim Suharto demi kepentingan ekonomi mereka.

Kasus serupa di Indonesia 

Kasus serupa dengan yang digambarkan dalam film ini banyak terjadi di Indonesia. Di sini saya mengambil kasus freeport. PT Freeport Indonesia adalah perusahaan pertambangan emas, perak, dan tembaga yang beroperasi di Papua. Kehadiran Freeport di Indonesia telah menimbulkan kontroversi karena dianggap memberikan keuntungan yang lebih besar kepada perusahaan asing daripada kepada negara dan masyarakat setempat. Kasus Freeport ini mencerminkan bagaimana perusahaan-perusahaan asing dapat memiliki pengaruh besar terhadap ekonomi dan politik Indonesia, serta menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan.

Selain itu, operasi freeport juga dituduh menyebabkan kerusakan lingkungan dan pelanggaran hak asasi manusia. Pemerintah Indonesia telah memberikan sanksi kepada Freeport karena kerusakan lingkungan yang diperkirakan menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 185,018 triliun. Freeport juga dituduh melakukan pelanggaran HAM dan merusak lingkungan di sekitar tambang Grasberg.

Komentar saya setelah melihat film ini yaitu, Film dokumenter ini memberikan gambaran yang mengerikan tentang dampak globalisasi terhadap negara-negara berkembang seperti Indonesia. Film ini menunjukkan bagaimana korporasi multinasional dan negara-negara Barat memanfaatkan sumber daya alam dan tenaga kerja murah untuk keuntungan mereka sendiri, sementara rakyat miskin terus menderita. Film ini juga menyoroti pentingnya kesadaran konsumen dalam menuntut transparansi dan akuntabilitas dari perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang-barang yang kita beli. 

Film ini mengajak penonton untuk lebih kritis terhadap dampak globalisasi dan menuntut pertanggungjawaban dari perusahaan dan pemerintah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun