Mohon tunggu...
Kebijakan

Gatot Nurmantyo dan Peta Politik Pendukungnya di Dunia Maya

13 Juni 2018   01:26 Diperbarui: 13 Juni 2018   11:53 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Social Network Analysis terhadap Gatot Nurmantyo di Twitter (Properti Penulis)

Apa imajinasi Anda tentang bangsa Indonesia? Apakah Anda setuju bahwa bangsa, meminjam penjelasan Ben Anderson, adalah "... sebuah komunitas politis dan dibayangkan terbatas secara inheren dan memiliki kedaulatan"?

Bangsa, kata Anderson lagi, adalah sesuatu yang terbayang karena para anggota terkecil sekali pun tidak bakal tahu dan takkan kenal sebagian besar anggota lain, tidak akan bertatap muka dengan mereka itu, bahkan mungkin tidak pula pernah mendengar tentang mereka. Namun, toh, di benak mereka setiap orang yang ada di dalam bangsa itu hidup dalam sebuah bayangan tentang kebersamaan mereka.

Penjelasan sederhanyanya begini; walau tak pernah bertemu, kita menganggap suku-suku yang hidup di pedalaman Kalimantan, Papua, Sumatera, sebagai saudara sebangsa. Apa pun suku dan agama mereka.

Sejarah mengajarkan, persatuan sebuah bangsa akan terancam atau pecah jika ada anggota yang merasa lebih tinggi dibanding yang lain. Bisa juga karena terlalu menonjolkan kepentingan kelompok kecilnya.

Pertanyaan ini perlu saya ajukan karena kita sedang berada di tahun politik. Jelang Pilpres 2019 mendatang, suhu politik di republik ini akan terus meningkat.Proses pergantian pemimpin sejatinya merupakan agenda rutin dan biasa-biasa saja di sebuah negara demokrasi. Namun, persaingan antarcalon yang seringkali menghalalkan segala cara berpotensi merusak sendi-sendi kebangsaan kita. Walau terkesan santun, ramah, murah senyum, dan religius, banyak politikus kita yang kualitasnya belum beranjak dari Machiavellian.

Salah satu cara untuk mengetahui wajah asli politikus adalah dengan melihat pendukung-pendukungnya. Mengapa? Karena tak mungkin seseorang mendukung orang lain jika tidak ada kesamaan visi, misi, cara pandang, program, atau yang lain-lain di antara mereka.

Tulisan ini akan menjadi pembuka seri wajah pendukung politikus yang bersaing di Pilpres 2019. Kita mulai saja dari Gatot Nurmantyo. Mengapa Gatot lagi? Karena beliau ialah salah satu capres/cawapres terpopuler berdasarkan kajian sejumlah lembaga survei. Saya menggunakan salah satu tools Social Network Analysis (SNA) di Twitter, seperti harian Kompas yang juga menggunakannya untuk memotret lebaran sebagai "Hajatan Bangsa di Dunia Maya".

Hasilnya tampak seperti gambar di atas. Sebagai informasi, saya melacak berdasarkan keyword "Gatot Nurmantyo" dan selanjutnya tools mengolah semua data yang terkait dengan keyword itu, termasuk interaksi akun-akun yang me-mention Gatot Nurmantyo. Untuk membatasi data, yang diambil adalah 1.000 percakapan terbaru.

Terdapat 3 cluster utama akun-akun yang mengorbit Gatot Nurmantyo dengan ragam interaksi yang berbeda satu sama lain. Di cluster utama atau di sekeliling akun Gatot Nurmantyo adalah mereka yang rajin mempromosikan Gatot sebagai capres. Caranya dengan mencuitkan kegiatan-kegiatan atau berita-berita terkait Gatot. Kelompok ini juga dihuni kubu oposisi pemerintah, atau kelompok "Kampret". Istilah ini saya gunakan bukan bermaksud menghina, melainkan hanya meminjam terminologi ini dari para pendukung Presiden Jokowi (yang juga dijuluki kelompok "Cebong").

Mereka semua punya kesamaan sebagai berikut: anti-Jokowi dan para pendukungnya, dan getol mengusung isu pribumi. Jika diperbesar, berikut beberapa penduduk dari cluster tersebut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun