Mohon tunggu...
Tania Goanli
Tania Goanli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Pariwisata Universitas Gadjah Mada

Saya adalah seorang mahasiswa yang senang sekali menggali pesona baru Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dapatkah Ekowisata menjadi Penyelamat bagi Riau di Masa Depan?

5 Desember 2022   07:47 Diperbarui: 5 Desember 2022   07:59 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dapatkah Ekowisata menjadi Penyelamat Bagi Riau di Masa Depan? (sumber: Rony Muharrman/ANTARA FOTO)

Riau merupakan salah satu provinsi terbesar yang terletak di Pulau Sumatera. Riau sendiri memiliki 11 Kabupaten yang masing masing kabupatennya memiliki potensi dan kebudayaannya masing-masing. 

Menurut data dari Serikat Petani Kelapa Sawit Indonesia pada Tahun 2022, Provinsi Riau merupakan provinsi dengan perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia, dengan total luas perkebunan mencapai 3,38 juta hektar atau sekitar 20,68% dari total luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia. 

Menjadi pemilik perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia tentu saja membawakan banyak dampak baik bagi Riau, terutama di bidang perekonomian. Namun, dibalik dampak dampak baik yang diterima, terdapat banyak dampak buruk yang harus ditanggung oleh Riau demi Menjadi provinsi dengan  total perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia. 

Beberapa dampak buruk yang dapat ditimbulkan dari adanya perkebunan kelapa sawit berskala besar adalah:

  • Adanya potensi kebakaran hutan akibat dibukanya lahan baru untuk memperluas kebun, dan timbulnya kabut asap;
  • Adanya alih fungsi lahan;
  • Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan;
  • Berkurangnya lahan alam yang bisa digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup;
  • Memaksa masyarakat sekitar untuk beradaptasi dengan kehidupan baru akibat perubahan yang ditimbulkan setelah munculnya perkebunan kelapa sawit;
  • Timbulnya ketimpangan, dan ketidakadilan bagi masyarakat yang kehilangan pekerjaannya akibat lahan pekerjaannya dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit;
  • Meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca akibat produksi minyak sawit;
  • Polusi udara yang ditimbulkan oleh pabrik minyak sawit; dan 
  • Terbatasnya akses jalan masyarakat akibat banyaknya truk pengangkut kelapa sawit.

Pada 27 November 2022, telah dilakukan parade untuk penyampaian aspirasi pemuda-pemudi Riau di Jalan Jendral Sudirman Pekanbaru. Di parade tersebut, pemuda-pemudi Riau menyuarakan pendapat mereka yang tidak ingin menjadi korban dari perubahan iklim dan juga kebijakan yang nir-partisipatif, mereka sudah merasakan sendiri dampak buruk yang timbul akibat dari perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh adanya alih fungsi hutan dan mangrove untuk kepentingan bisnis skala besar. 

Parade ini dilakukan dengan harapan bahwa pemerintah akan lebih peduli dan lebih memperhatikan lagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga diharapkan untuk lebih peduli lagi terhadap lingkungan karena mereka tidak lagi mau menanggung akibat dari ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar. 

Dan juga mereka menghimbau masyarakat agar lebih memperhatikan lagi kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan anak-anak muda dan generasi yang akan datang.

Dapat kita simpulkan bersama bahwa menjadi pemilik perkebunan kelapa sawit terluas malah membawa banyak sekali dampak buruk bagi Riau. Keberlanjutan hidup masyarakat Riau semakin lama semakin pendek membuat banyak masyarakat Riau yang akhirnya pergi merantau ataupun akhirnya hidup dalam keterbatasan yang ditimbulkan akibat dari adanya perkebunan kelapa sawit berskala besar. Jika hal ini terjadi, bagaimana kondisi alam dan masyarakat Riau di masa depan nantinya? 

Ekowisata dapat menjadi salah satu upaya untuk mengubah itu semua. Ekowisata merupakan salah satu bentuk pariwisata yang pada dasarnya isi dari kegiatan ekowisata ini adalah konservasi terhadap lingkungan alam yang dituju, pengamatan serta apresiasi terhadap alam tersebut, juga berpartisipasi untuk menyejahterakan komunitas lokal sebagai host dari kawasan ekowisata tersebut. 

Berbeda dengan pariwisata berbasis alam yang hanya mengamati kawasan kawasan alam, ekowisata ini melibatkan wisatawan dengan minat khusus untuk terlibat langsung dalam proses konservasi alam dan juga proses penyejahteraan masyarakat lokal. 

Jadi dalam proses ekowisata ini wisatawan dibimbing oleh guide (biasanya penduduk lokal) untuk memperhatikan kondisi alam, mengapresiasi nilai-nilai alam dan budaya di destinasi tersebut, juga ikut berpartisipasi dalam memperhatikan kehidupan sehari-hari masyarakat di sana untuk mendapatkan nilai-nilai sosial budaya dari masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun