Mohon tunggu...
Tania Tan
Tania Tan Mohon Tunggu... Mahasiswa - You can if you think you can.

Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi Ilmu Komunikasi Angkatan 2019

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Milenials: Hidup Minimalis adalah Investasi, Simak!

9 Maret 2021   13:22 Diperbarui: 9 Maret 2021   13:24 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya, Apa  sih hidup minimalis?

Sasaki (2018) dalam bukunya goodbye things hidup minimalis ala orang Jepang minimalis adalah seseorang yang benar-benar mengetahui apa yang penting bagi dirinya sendiri dan tetap mempertahankan hal-hal tersebut untuk dirinya.

 

Kalau menurut saya pribadi, hidup minimalis merupakan sebuah sikap yang tercipta dari pola pikir seseorang. Dimana, kita dapat mengontrol segala sesuatu termasuk kebutuhan hidup kita melalui alur dan struktur pikiran kita, istilah singkatnya "bijak". Contoh seperti, kita dapat menahan diri untuk tidak membeli barang-barang yang tidak terlalu penting atau tidak terlalu dibutuhkan, untuk merealisasikan hidup minimalis.

 

Bercerita mengenai Hidup minimalis mengingatkan saya pada suatu momen, dimana ketika itu saya sedang di tingkat Pendidikan SMK. Ada satu pengalaman konkrit yang saya dapatkan ketika saya masih SMK, ketika saya tinggal dengan wali kelas saya. Awalnya waktu itu saya berpikir wali kelas saya adalah orang yang "boros" selalu mengikuti trend. Mengapa saya berkata seperti itu? Karena orang sudah terbiasa menjudge orang lain dari covernya.

 

Pada saat itu saya melihat fashion wali kelas saya sangat bagus dan berkelas, sehingga mempengaruhi mindset saya. Ketika itu saya berpikir selera beliau sangat tinggi dan suka memakai barang-barang branded dan sebaliknya, saya berpikir bahwa beliau tidak suka menggunakan barang-barang biasa.

 

Namun, asumsi itu kemudian berubah ketika saya tinggal dengan beliau. Ternyata beliau adalah orang yang sangat hemat namun tetap mementingkan kualitas. Salah satu cerita singkatnya, waktu itu saya sedang pergi ke salah satu department store di Pontianak, kami masuk ke salah satu toko sepatu yang bermerek. Saya masih ingat sampai sekarang bahwa beliau mengatakan "Saya tahu ini akan diskon. Beli barang harus sabar, menunggu sampai barang itu turun harga, baru beli", lalu saya bertanya "kalau barangnya habis/ kebeli sama orang lain?", lalu beliau menjawab "Ya sudah, berarti barang tersebut tidak berjodoh dengan kita, bagusnya berarti kita bisa hemat".

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun