Ketika ramai ada perundungan soal diskusi dengan tema pemecatan presiden saat wabah berlangsung, dengan segera kelompok penyelenggara berkoar ada teror ketika akan melangsungkan acara. Nyatanya ketika gaduh mereka juga tidak siap. Lha demokrasi kok pakai lapor segala. Ini kompetisi bagaimana meraih audiens sebanyak mungkin. Belum apa apa sudah cemen. Ramai di media sosial namun berupa gelembung tanpa isi.
Yang berwacana pemecatan presiden silahkan begitu juga kalau ada tanggapan balik. Sila lempar bola dan giring menuju sasaran. Kalau sudah yakin gol tembak ke jaring lawan. Ibarat mau main mereka pemantik pemecatan masih pemanasan dipinggir lapangan. Bola belum digelindingkan sudah menyerah kalah koar koar didhalimi.
Jaman demokrasi adalah situasi dan kondisi terbaik bagi sebuah bangsa. Ruang ruang publik demokrasi mudah untuk dimasuki. Disitulah pergumulan debat bahkan saling serang mendapatkan tempatnya. Asal masih bisa tahan diri dan nggak menjadi baku pukul kalau kalah argumentasi.
Jika kurang dapat saluran maka saran saya mendaki gunung atau panjat tebing. Ini soal mengatasi adrenalin kaum demokrat yang kadang berlebihan. Dari sini kita belajar bahwa proses demokrasi itu memang melelahkan. Namun buah manis kelak akan kita panen dan akan mendapatkan tempat di setiap sanubari warganya.
Maka saranku wahai kaum demokrat berkompetisi secara wajar, maka kau akan jadi pemenang yang bermartabat. Bukan seperti anak kecil yang sukanya merengek minta netek kala jatuh bangun. Ingat demokrasi bukan proses instan, ia adalah proses terus menerus.
Bagi yang nggak tahan ketika kalah dalam kontestasi pemilu. Menjauhlah dari keramaian bahasa kerennya saat sekarang isolasi mandiri hehehe. Setidaknya akal warasmu masih berguna. Jangan kau biarkan kaki tanganmu berbuat kerusakan di jaman demokrasi.Â
Ingatlah bahwa dulu pendiri bangsa ini adalah kaum demokrat. Mereka biasa berdebat dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keadaban. Bar bar hanya akan membuat dungu semakin sulit untuk dijinakkan. Salam.
.