Mohon tunggu...
Nofiyendri Sudiar
Nofiyendri Sudiar Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati cuaca dan iklim

Mahasiswa doktoral Pascasarjana IPB pada program studi Klimatologi Terapan dan dosen Universitas Negeri Padang

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jalur Lintas Barat Sumatera

27 Agustus 2019   09:43 Diperbarui: 27 Agustus 2019   09:55 5325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Edisi Sumbar

Lebaran tahun 2019 kali ini kami mudik ke Pariaman via darat. Sudah tidak asing lagi bagi kami pulang kampung menggunakan mobil pribadi. Untuk mencapai ranah Minang ada tiga jalur yang bisa ditempuh yakni Lintas Timur, Lintas Tengah dan Lintas Barat. 

Khusus Lintas Barat Sumatera kami belum pernah melewatinya. Oleh sebab itu kami memutuskan arus balik ke Tanah Jawa melalui Lintas Barat.  

Perjalanan diawali dari kota Padang setelah salat jumat tanggal 14 juni 2019 pukul 13.15 WIB dan sampai pukul 19.00 WIB (5 jam 45 menit) di Simpang Tiga Balai Ampek Basa (BAB) Tapan kab. Pesisir Selatan. 

Pada etape pertama ini kami melewati kawasan wisata Mandeh. Untuk menuju ke kawasan ini tidak ada petunjuk rambu-rambu khusus. 

Kami sempat "terlongsong" tidak mengetahui dimana pertigaan tersebut dan harus bertanya pada warga setempat (gmap tidak membantu-pen). 

Ternyata yang menjadi tanda adalah plang tulisan "gardu listrik Teluk Sirih" di kanan jalan setelah kawasan Terminal Transit Pertamina Bungus Teluk Kabung. Di depan TT Pertamina ini kami berhenti sebentar untuk menikmati lezatnya gulai kepala ikan karang.

Memasuki kawasan Mandeh anda akan dimanjakan oleh pemandangan yang luar biasa indahnya. Saking indahnya, ada yang melabeli kawasan ini dengan sebutan Raja Ampatnya Indonesia bagian Barat. Trek jalan yang dilalui mulus dan berliku. 

Pendakian dan penurunan cukup tajam dan jika anda melalui kawasan ini dengan rombongan diharapkan menjaga jarak antar kendaraan. Kami yang berisi 5 orang dan penuh dengan oleh-oleh melalui tanjakan terjal dengan gigi satu dan ac dimatikan. 

Di beberapa spot anda bisa berhenti untuk mengabadikan keindahan alam tersebut dengan berfoto bersama keluarga. Kawasan ini kurang lebih sepanjang 20 km. Anda bisa memilih untuk berhenti dimana lokasi yang dianggap bagus untuk berfoto.

Selepas kawsan Mandeh masih ada spot wisata lainnya, yakni Bukit Langkisau dan pantai Carocok di kota Painan. Memang kami tidak sempat berhenti dikawasan ini, namun pemandangannya tak kalah indahnya. 

Sepanjang perjalan menuju Tapan jalanan sangat mulus. Perhentian berikutnya adalah di rumah makan di depan polsek BAB Tapan.

Selepas istirahat makan kami melanjutkan perjalanan pukul 20.00 WIB dari Tapan dan sampai di Muko-muko pukul 22.00 WIB (2 jam). Kondisi jalan tidak sebagus dari Padang. 

Jalanan mulai banyak berlubang terutama di daerah Lunang dan Silaut. Di pangkal-pangkal jembatan masih ada ditemui jalanan berkerikil (tidak beraspal).

Edisi Bengkulu

Di Muko-muko kami menyempatkan bersilaturahim dengan teman selama lebih kurang 1,5 jam. Perjalanan menuju kota Bengkulu kami lanjutkan pukul 23.30 WIB. Sepanjang perjalanan alhamdulillah tidak ada kendala yang berarti. 

Kondisi jalan tergolong bagus dengan mayoritas melalui perkebunan sawit. Yang perlu diperhatikan pada ruas Muko-muko -- Bengkulu ini adalah kontur jalan yang berbukit-bukit dan rambu lalu lintas yang minim. Karakteristik jalanan disini adalah setiap kita sampai di puncak bukit selalu ada belokan. 

Yang menjadi tantangannya adalah, kita tidak bisa menebak apakah ujung jalan itu berbelok ke kanan atau ke kiri. Disinilah butuh konsentrasi tinggi terutama mengemudi di malam hari.

 Selanjutnya jika ketemu jembatan dua buah (dilalui searah-pen), rambu searahnya kebanyakan tidak ada. Menjelang memasuki kota Bengkulu tepatnya di Ketahun jalanan kembali banyak "cilukba".

Sesampai di kota Bengkulu sekira pukul 5.30 WIB, kami memutuskan untuk tidak langsung melanjutkan perjalanaan. Kami berkeliling kota yang terletak di pinggir pantai ini terlebih dahulu. Kota ini memiliki wisata pantai yang bernama Pantai Panjang. 

Selain wisata alam, juga ada wisata sejarah diantaranya Mesjid Jami' Soekarno, rumah pengasingan Soekarno, benteng Inggris Fort Malborough dan lain sebagainya. 

Kami memilih mengajak anak-anak mengenali sejarah bangsa ini dengan mengunjungi benteng Malborough. Benteng ini terletak di posisi yang cukup tinggi sehingga bisa memantau sekeliling kota dan lautan dengan leluasa.

Puas berkeliling kota, kami melanjutkan perjalanan menuju Manna pukul 11.30 WIB. Jalanan tergolong bagus dan agak kecil serta berliku-liku.

 Tikungan jalannya agak pendek-pendek dan saya berasumsi mungkin inilah yang menjadi alasan bus atau truk jarang melalui rute ini. Dari sini SPBU dan rumah makan Padang mulai jarang. 

Disarankan apabila ketemu SBPU langsung isi full dan jangan lupa bungkusan makanan secukupnya. Pukul 15.00 WIB kami sampai di Manna. 

Bagi yang belum bisa move on dari masakan Padang, ada rumah makan Padang yang tergolong besar sekitar 10 km setelah meninggalkan kota Manna. Disinilah kami memutuskan untuk istirahat makan terlebih dahulu.

Pukul 15.30 WIB kami melanjutkan perjalanan menuju Linau. Rute ini sudah banyak trek lurusnya dan menyisir sepanjang pantai barat Sumatera. Dua jam berjalan kami sampai di Linau. 

Daerah ini memiliki pantai yang indah. Di beberapa tempat kita bisa menikmati indahnya pantai dari ketinggian. Awalnya kami ingin menikmati sunset di kawasan ini, sayang kondisi cuaca tidak mendukung. Sore itu langit mendung dan menjelang magrib berubah menjadi hujan lebat.

Edisi Lampung

Perbatasan Bengkulu -- Lampung ditandai dengan melewati sebuah jembatan yang tak begitu jauh dari pantai. Begitu memasuki propinsi Lampung tiba-tiba jalanan mendaki dan terus mendaki. 

Pemandangan yang awalnya bernuansa pantai berubah menjadi hutan lebat. Kondisi jalan tetap mulus dan bagus, namun kondisi cuaca yang hujan membuat suasana menjadi mencekam. Hutan yang tergolong lebat dan di perbukitan ini lah yang membuat pikiran menjadi was-was. 

Jangan-jangan nanti ada pohon yang tumbang. Jangan-jangan ada longsor dan suasana itu berlangsung sekitar satu jam sebelum bertemu dengan perumahan penduduk. 

Beberapa kendaraan yang berada dibelakang kami tak berani memotong. Meskipun kami melambat dan memberi jalan, mereka semua tetap mengekor kami. 

Kondisi cuaca semakin memburuk. Hujan semakin lebat dan disertai badai. Di beberapa ruas jalan banyak genangan air yang mengandung lumpur. Sesekali bertemu dengan tebing yang terkelupas dan tanahnya mulai digerus air. 

Sekitar pukul 20.00 WIB kami memutuskan untuk beristirahat dikarenakan jarak pandang yang tak lebih dari 5 m. Kami beristirahat di sebuah rumah makan Padang yang sepi sekitar 20 km sebelum memasuki kota Krui. Sekitar 1,5 jam lamanya kami menunggu hujan reda.

Cerita seorang teman, Krui memiliki pantai yang tak kalah indahnya. Sayang kami tak bisa menikmatinya. Di kota ini kami hanya singgah sebentar mengisi bahan bakar dan melanjutkan perjalanan menuju Kota Agung pukul 22.00 WIB. 

Meskipun trek jalan menuju Kota Agung ini banyak yg lurus tapi kami tak berani menggeber kendaraan dikarenakan jalanan masih basah.

 Dua jam lamanya berjalan kami sampai di Bengkunat, perjalanan yang semula di pinggir pantai kembali memasuki kawasan hutan. Kami memasuki Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Kondisinya tak semencekam sewaktu memasuki propinsi Lampung. Kali ini saya menikmati perjalanannya. 

Kami beradu cepat dengan kendaraan lain dan saling potong. Kami sampai di desa Wonosobo sekitar 11 km sebelum memasuki Kota Agung. 

Pukul 01.00 WIB kami berhenti di pasar Wonosobo ini untuk menikmati sepiring nasi goreng. Meskipun nasi goreng ini terasa begitu manis, namun perut yang keroncongan ini mampu mengabaikan rasa tersebut.

 Sehari sebelum balik ke pulau Jawa seorang teman pernah memberi nasehat bahwa Wonosobo ini termasuk kawasan rawan begal. 

Namun nasehat kawan ini tak terbukti. Kami malah dengan enjoy nya makan dan bercengkrama dengan penjual nasi goreng ini. Ternyata penjual ini berasal dari Serang Banten.

Setengah jam beristirahat kami melanjutkan perjalanan menuju kota Bandar Lampung. Menjelang subuh kami sampai di pasar Beringin Campang Raya kota Bandar Lampung dan istirahat sebentar untuk menunaikan salat subuh. 

Perjalanan yang terisa 80 km sebelum memasuki dermaga penyeberangan Bakauheni -- Merak kami tempuh dalam waktu setengah jam dikarenakan memasuki tol trans Sumatera. 

Pukul 06.40 WIB kami tiba di dermaga eksekutif (Dermaga 7) dan siap menyeberang ke tanah Jawa. Kapal eksekutif ini mempunyai kelebihan selain suasana yang nyaman juga dapat menyeberang sampai ke pelabuhan Merak Banten hanya dengan waktu satu jam.

Catatan:

Padang -- Tapan 225 km

Tapan -- Muko-muko 71 km.

Muko-muko -- Bengkulu 264 km

Bengkulu -- Manna 143 km

Manna -- Linau 84 km.

Linau -- Krui 106 km

Krui -- Kota Agung 149 km

Kota Agung -- Pelabuhan Bakauheni 186 km

Total jarak perjalanan dari Padang ke Pelabuhan Bakauheni adalah 1228 km

Tulisan ini sudah pernah saya posting di wall fb saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun