Mohon tunggu...
Tanah Beta
Tanah Beta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Semester Akhir pada IAIN Ambon

menulislah sebelum dunia menggenggam nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Polisi

24 April 2018   12:40 Diperbarui: 24 April 2018   12:42 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketgam: Ilustrasi polisi.merdeka.com

Adam Makatita

Seorang polisi menggenggam tas krescek, ia berjalan menuju sebuah tempat saluran air---selokan kecil yang berada di dekat sebuah gedung perusahaan (usaha) pribadi milik salah satu keluarga yang amat dihormati. Dengan berpakaian lengkap, polisi itu melangkahkan kaki perlahan-lahan tanpa harus tergesa-gesa. Tas yang digenggam dilipat-lipat sampai kecil. Ditengah perjalanan, tas itu ia masukan kedalam saku celana dinasnya. Sebuah pistol menempel dipinggang. Orang-orang melihat polisi itu, mereka mengintip dari balik pintu rumah, ada yang duduk di pangkalan ojek tercengang melihat polisi itu.

Semua yang melihatnya kebingungan, tidak tahu apa yang akan dilakukan polisi itu di komplek mereka. Beramai-ramai mereka menguntip dari belakang. Polisi itu mengangkat sebuah kayu, mengeluarkan tas krescek dan mencungkil-cungkil sampah yang tersembut setelah dia sampai di selokan itu. Tiga temannya datang dengan mobil patroli, dari jauh bunyi serine terdengar memasuki sebuah komplek yang sudah ramai orang-orang ditengah jalan menuju selokan.

Tiga polisi itu turun dari mobil, menjauhkan orang-orang. Sementara teman mereka sedang mngorek-ngorek sampah di selokan; sampah terumpuk menutupi selokan, air tersumbat dan dekat kos-kosan itu tergenang air selokan. Polisi it terus mengorek tanpa mempedulikan siapapun. Seorang pria dengan pakaian kumal berdiri disampingnya, tapi tidak membantu mengorek sampah. Polisi itu tidak mempedulikan dia, terus saja ia mengorek sampah.

Pistolnya jatuh kedalam selokan, ia memungutnya kembali. Tiga temannya mendekati, mereka mengeluarkan benda putih dari dalam saku, disarungkan ke tangan, lalu mencari kayu dan kembali ke selokan membantu teman mereka. Berempat, mereka sama-sama mengorek-ngorek sampah. Orang-orang disekitar semakin kebingungan. Lelaki kumal menjauh setelah diberikan tas krescek oleh polisi itu. Komplek itu semakin gempar.

"Kau menjauh!"

"Siap pak"

"Jangan terlalu jauh."

"Ia pak!"

Polisi melepaskan kayu dari tangannya---membuang ke sebelah dan berdiri dari tiga temannya, tapi yang dicari belum juga ketemu. Disepanjang selokan, sampah-sampah mengalir dibawah air. Orang-orang semakin bingung: selokan menjadi tempat penimbunan sampah. Lalu sesorang mendekat, kepalnya tertutup topi hitam, berkemaja dan celana kain hitam menutupi seluruh tubuhnya. Sepertinya dia ketua RT di wilayah itu.

"Ada apa pak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun