Sedikit prolog:
Memang amarah tak akan bisa bertahan lama dalam bendungan kita. Iya tak ingin terus berkabung dalam asa---ingin berlari liara di antara langit semesta. Hal ini ku rasakan saat melihat beberapa berita, dan bahkan percakapan orang banyak tentang bagaimana hak di rampas tanpah perhitungan apapu. Dan pada akhirnya, yang dirampas harus menderita sepanjang hayat. Maka dari situlah amarahku ku luapkan pada sehelai puisi yang ku beri judul "ke-Manusia-an" ini. Puisi menceritakan tentang bagaimana kemarahanku ketika mendengar semua berita dan percakapan, bahkan diskusi-diskusi yang selalu aku dan beberapa teman lakuka. Terlebihnya, ini tentang apa yang aku rasakan soal Rohingya (etnik bagin Rakine, Myanmar).
Dan inilah pusi amarahku atas dunia yang selalu merampas hak hidup setiap orang:
ke-Manusiaan-an?
Tahukah kau, apa itu ke-Manusia-an?
Jika masih banyak hak yang tertelan nafsu dunia
Jangan pernah berharap
Kemanusiaan tak akan hadir untuk kita.
Maukah kau, ku ajarkan apa itu ke-Manusia-an?
Mari
Sini