Mohon tunggu...
Tanah Beta
Tanah Beta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Semester Akhir pada IAIN Ambon

menulislah sebelum dunia menggenggam nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kaki Terbalik

25 September 2017   01:26 Diperbarui: 25 September 2017   01:41 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iya berjalan menyusuri kepelikan pelapis jalanan, debu-debu perkotaan tak pernah surut tertelan embun. Matanya nampak tajam memandang nanar setiap sapaan.

Lalu, yang terlalui, ia kembali dan bahkan terlihat tangan berjalan menggantikan kakinya.

Hari-hari selalu menjadi tantangan tak terhentikan. Meski naas kaki Terbalik, tak pernah ia ragu lalui hidup yang jauh dari kata apik.

Barangkali ia teringat lirik lagu yang di populerkan peterpan--kaki di kepala, kepala di kaki, lagu yang dinyanyikan Ariel.

Walau demikian jadinya, kepelikan tak jadi soal mengais setiap keringat yang teramat kucur dari cela pori-pori. Ia memaknai hidup.

Ya! Kaki Terbalik si kakek tua

Jakarta, September 2017.

Tanah Beta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun