Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Dari Kacang Keranggan Sampai Golok Jawara, Corak Batik Tangsel Berbeda di Mata Dunia

9 April 2017   19:14 Diperbarui: 10 April 2017   03:00 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Riuh ramai, sedikit berdesakan, beberapa ember berisi cairan aneka warna berjejer di halaman sebuah rumah sederhana di bilangan Pondok Aren Tangerang Selatan. Tidak ada kata terlambat bagi saya yang telah menempuh sekian jarak demi menjawab sebuah tanya: Apa sih bedanya batik Tangsel dengan batik dari daerah lain di Indonesia?. Ya, Sessi workshop Batik mendatangkan pemandangan yang tidak biasa sekaligus menjawab rasa penasaran saya.

Hampir semua sisi rumah mulai dari halaman, teras depan, ruang tamu hingga ruang samping tampak disulap layaknya ballroom tempat talkshow sekaligus workshop batik berlangsung. Beberapa diantaranya "Ngariung"  alias bergerombol. Laki-laki maupun perempuan membaur dalam prosesi membatik yang sedemikian menarik. Di ruang samping hingga belakang beberapa terlihat kompor kecil dengan nyala api yang membuat lilin atau malam mencair dalam wajan berukuran mini. Ada 4-5 orang duduk mengelilingi satu  kompor lengkap dengan cairan lilin diatas wajan . Ditangan kiri masing-masing memegang kain putih polos, biasanya sih identik dengan kain mori atau blacu. Sementara tangan kanan mereka memegang canting, alat untuk membatik.

Ya, membatik tidak sekedar menorehkan cairan lilin diatas kain putih sesuai dengan pola atau motif yang ada. Membatik mengandung makna filosofi nilai yang penuh dengan kesabaran, ketelatenan, ketelitian, hingga detail titikpun mampu menjadi perlambang sebuah proses ketekunan. Wajar jika kemudian Batik ditasbihkan sebagai Warisan Kemanusiaan Untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi Milik Indonesia” pada 2 Oktober 2009 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Wajar jika kemudian keberadaan batik bertumbuh di tiap daerah hampir di seluruh Indonesia.

Adalah Ibu Nelty

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun