Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sharing Session Berbagi Semangat Menulis dalam Upgrading Multimedia SEF Unsoed, Siapa Takut?

24 Mei 2021   19:09 Diperbarui: 24 Mei 2021   19:12 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
upgrading Multimedia Student English Forum [SEF]. Dok. PR Departement of SEF

Cerita sebelumnya, 

Diminta Menjadi Pemateri Dalam Upgrading Multimedia SEF-Unsoed, Serunya Tuh Disini...

Ini kali pertama saya melakukan aktifitas digital pada posisi yang berbeda dari biasanya. JIka biasanya saya begitu menikmati aktifitas daring sebagai peserta, maka sabtu lalu 22 Mei menjadi rekam jejak istimewa bagi saya. Menjadi pemateri pada kegiatan Upgarding Multimedia Student English Forum (SEF), Universitas Jenderal Soedirman. Jika biasanya saya santai menyimak paparan narasumber, maka pada posisi sebaliknya 2 jam 30 menit menjadi waktu yang seolah berjalan sedemikian selow. Tik...tok...tik...tok..tik...tok

Baiklah saya memulai sharing session dengan sebuah motivasi menulis. Kenapa sih mahasiswa perlu menulis?, Tentu karena di akhir proses sebelum dinyatakan lulus nanti masih ada kewajiban menulis skripsi. Memang sih jauh berbeda antara menulis di platform multimedia dengan menulis skripsi. Namun judulnya sama-sama menulis bukan?. Mulai saja dengan merasa senang dengan menulis. Berlatih mengeluarkan apa yang ada dalam fikiran/ide/gagasan melalui tulisan. Apapun bentuknya, jadikan menulis sebagai sesuatu aktifitas yang menyenangkan. Terlebih di era pandemi.

 Tantangan dunia multimedia membuka banyak peluang dari dunia kreatif kepenulisan. Menjadi konten kreator, menjadi Blogger, Freelance writer? atau sekedar menekuni menulis sebagai hobby.  Pun menulis bisa menjadi sebentuk theraphy psikis. Wajar jika memampuan menulis merupakan salah satu skill yang bisa dilatih sama seperti halnya skill Public speaking dan entrepreunership. Dulu, dikenal istilah skill jurnalistik. Di era multimedia skill jurnalistik berkembang sedemikian rupa menjadi skill menulis dalam konteks yang lebih luas. siapapun bisa menulis, siapapun bisa menunjukkan tulisan sebagai sebuah karya ala netizen jurnalist.

Terlebih dalam konteks organisasi seperti SEF ini, Skill menulis menjadi salah satu point yang akan menunjang baik personal maupun organisational baik untuk introducing eksternal ataupun sebagai bekal mengelola kegiatan media. Bahkan who knows kelak dikemudian hari para organizer SEF akan menjadi para penulis atau konten kreator berbekal kemampuan menulis yang dimiliki. Bukankan kita tidak pernah tahu, kelak dikemudian hari masing-masing dari kita akan menjadi apa dan bagaimana?. So, menyiapkan bekal kemampuan, salah satunya terkait penguasaan skill menulis meski bukan sebuah kewajiban, namun menjadi satu peluang dan tantangan ke depan

Google mEet Upgrading Multimedia dalam Capture Instagram Story @sefunsoed
Google mEet Upgrading Multimedia dalam Capture Instagram Story @sefunsoed
Story telling, The Art of Writing

Mengenalkan Story telling sebagai salah satu kemampuan menulis menjadi point yang saya sampaikan dalam upgrading. Mengingat platform multimedia kekinian telah menjadikan story telling sebagai the art of write /seni menulis /merangkai kata yang menjadi babak baru pasca kaidah straight news ala media mainstream. Lantas, kenapa harus story telling?  story telling oleh sebagian besar kalangan pembaca platform kekinian mampu menghindarkan dari sebentuk kebosanan tersendiri dalam membaca. Saya termasuk satu dari sekian banyak yang terus mengasah kemampuan menulis dengan pendekatan story telling.

Ada kesan bahwa tulisan story telling cenderung bersifat non formal. Jauh dari bobot tulisan ilmiah. Tentu tergantung dari tema, data dan fakta yang dituliskan di dalam sebuah tulisan itu sendiri. Pun saya memberi contoh beberapa tulisan dari Pak Dahlan iskan melalui web/personal blognya di https://www.disway.id/. Sekelas Dahlan Iskan yang pernah menjadi sosok dengan peran penting dalan Jawa Pos pun aktif dalam dunia literasi digital /multimedia dengan pendekatan yang berbeda dari gaya penulisn straigh news.

Tak lupa saya mengenalkan Platform Kompasiana,sebagai salah satu flatform multimedia, salah satu rujukan literasi warga yang selama ini menjadi tempat saya menempa skill menulis. Saya sempat menyoroti Judul tulisan. Ada hal yang membedakan antara pendekatan story telling dengan pendekatan menulis reportasi Jurnalistik. Membaca tulisan story telling jelas berbeda rasa dengan membaca reportase. Tulisan-tulisan story telling memiliki durasi moment yang lebih lama dibandingkan dengan straigh news yang harus mengejar moment/tenggat waktu yang aktual agar tidak terkesan basi.Lebih lanjut saya menampilkan Pepnews.id sebagai platform pembanding .

Sungguh tidak bermaksud membandingkan masing-masing platform multimedia diatas, namun memberi gambaran dengan ciiri khas yang berbeda akan memperkaya khasanah. Atau setidaknya memberi ruang lebih untuk mencari referensi/ide hingga inspirasi. Sebab disanalah sumber inspirai tulisan dari sekian banyak penulis bisa kita pelajari. Berasal dari membaca, berlanjut untuk mencoba menuliskannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun