Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kabar dari Piyungan, Bom Waktu Itu Berupa "Gunungan" Sampah Tak Ramah Lingkungan

21 Januari 2021   20:57 Diperbarui: 23 Januari 2021   20:40 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunungan sampah (Sumber: SWNS via Yahoo.com)

Namun secuil pengalaman saya bergabung menjadi anggota Bank Sampah di Jakarta Selatan menjadikan saya tertarik dan memiliki kepedulian. Terlebih ini Yogya, satu dari sekian wajah peradaban negeri baik dari sisi budaya, wisata terlebih tatatan masyarakatnya yang terkenal memiliki keramahtamahan yang luar biasa.

Sungguh tidak lucu, disebuah wilayah yang dikenal ramah masyarakatnya, justru terdapat ketidakramahan terdapat lingkungan alam sekitar. Lantas, apakah Yogyakarta tidak punya gerakan bank sampah layaknya Jakarta?

Demikian pertanyaan yang saya lontarkan kepada mas Agus, masih secara daring. Jawabnya sungguh membuat saya tercengang. "Ra iso menyelesaikan" alias tidak bisa menyelesaikan. Luasan TPA sudah overload alias tidak mampu menampung tumpukan sampah yang berasal dari wilayah Yogya. Begitu Mas Agus memberi penjelasan.

sumber Nuswantoro Mongabay.co.id
sumber Nuswantoro Mongabay.co.id
Lebih lanjut Mas Agus menceritakan bahwa masalah sampah di TPA Piyungan ini sudah lama dan selalu berulang tiap tahunnya. Setiap musim hujan datang, "gunungan sampah" yang menjulang tinggi terkena guyuran air. Hal itu berakibat genangan air yang merembes hingga ke pemukiman warga. Selain pencemaran air, rembesan air tersebut juga bau menyengat. Sangat tidak sehatlah pokokmen. 

Puncaknya Desember 2020 lalu, banyak sampah yang berasal dari Sleman dan Kota Yogyakarta hanya dibuang di pinggir jalan saja, tidak di areal pembuangan yang memang sudah penuh dan kian menjulang tinggi. 

Antrean kendaraan pembuang sampah dari beberapa kota/kabupaten (Bantul, Sleman dan Kota Yogyakarta) di wilayah DIY pun mengular. Per hari kurang lebih ada 600 ton sampah yang masuk ke TPA Piyungan.

Tidak hanya itu, ancaman merebaknya nyamuk, lalat yang menjadi perantara ancaman pelbagai penyakit bagi masayarakat yang bermukim di sekitaran TPA Piyungan ini juga membutuhkan perhatian ekstra dari pemangku kebijakan setempat. 

Fogging, penyemprotan yang diharapkan warga dapat mengantisipasi merebaknya demam berdarah dan penyakit lainnya tentu  sangat diharapkan oleh warga. 

Terlebih di musim pendemi begini, terbengkalainya pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dikhawatirkan menjadi salah satu akses masuk bagi virus akibat minimnya higienitas kebersihan lingkungan itu sendiri.

Sumber Mongabay.co.id
Sumber Mongabay.co.id
Saya mencerna penjelasan suara Mas Agus Kristiono dengan membelalakkan mata. Inikah sisi lain Yogyakarta?! Lantas bagaimana dengan masa depan pengelolaan lingkungan sekitar Piyungan yang saya yakin memiliki potensi lain yang belum tergali. 

Akankah TPA Piyungan menjadi alternatif wisata lingkungan "gaya baru" yang akan menyedot perhatian dari luar Yogyakarta. Jujur saya penasaran melihat langsung "gunungan sampah" di  Piyungan. Semoga lekas ada solusi bersama, tidak semata menjadi issu dan rasan-rasan di antara kita saja.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun