Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pergi Haji Selagi Muda: Paten, Keren, dan Beken!

27 Agustus 2020   23:09 Diperbarui: 27 Agustus 2020   23:17 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok pri tangkap layar webinar Danamon Syariah

Muda Foya-foya, Tua kaya Raya, Mati Masuk Surga. 3 fase kehidupan tersebut kerap menjadi ungkapan motivasi meski ada fase yang kurang tepat. Andai saja rangkaian kalimatnya bisa diubah: Muda Naik Haji, Tua makin Happy, Mati tidak menjadi kaum yang merugi. 

Alangkah indah dan nikmatnya hidup. Begitulah banyak kalangan memaknai tiap fase kehidupan dengan cara yang berbeda. Siapa yang tidak bangga manakala ada muda mudi naik haji di usia muda? Subhanallahhh, sesuatu banget pastinya.

Zaman telah banyak berubah, namun Islam sebagai rahmatal lil alamin akan senantiasa istiqomah. Kita tentu ingat akan rukun islam yang berjumlah 5. 

Ada persepsi yang harus dirubah terkait rukun islam ke-5, yakni berangkat haji ke tanah suci (ketika mampu). Sebagai emak milenial saya merasa sedikit menyesal sebab lebih menitik beratkan pada ketika mampu-nya sebagai faktor yang diutamakan.

Akibatnya sekarang terasa betul. Butuh kesabaran ekstra untuk bisa mendapatkan nomor antrian keberangkatan haji ke tanah suci, sebab waktu tunggu bisa mencapai kurang lebih 20 tahun. 

Belajar dari hal itulah, perlu membulatkan tekad dan menguatkan niat, bahwa pergi haji tak harus menunggu waktu ketika kita sudah kaya, dan sayangnya usia pun sudah menua. Belum lagi bayang-banyak penyakit yang menyertai karena faktor usia yang bisa menghambat khusuknya ibadah di tanah suci.

Berbahagialah generasi milenial sekarang ini yang bisa merencanakan sebuah perjalanan spiritual ke tanah suci Makkah dari jauh-jauh hari. Jangan menuju kondisi fisik sudah menua dengan segala resiko faktor kesehatan ya. 

Lets Imajine, mari sejenak kita bayangkan sebuah "Hijrah" kehidupan itu bermula ketika kita dimampukan melihat Baitullah dan melakukan serangkaian ibadah di tanah suci Makkah. Dan itu semua dilakukan saat tenaga dan fisik kita masih fit untuk menjelajah setiap jengkah tanah sembari melafadzkan kalimat Ilahiah. 

Betapa sempurnanya hidup. Siapa yang tidak ingin mencium Hajar azwad, melempar jumroh, Mabit di Mizdalifah -Mina, Shalat di Masjid Nabawi hingga ziarah ke makam Rasulallah SAW? Dan rangkaian ibadah itu dilakukan di jazirah arab sana dengan cuaca yang panas- terik. Itulah kenapa pergi haji selagi muda menjadi alasan utama agar semua tahapan rukun haji dapat dilakukan dengan maksimal tanpa ada kendala fisik yang cukup berarti.

Lantas bagaimana dengan pembiayaan alias ongkos naik haji yang harus dibayarkan? Nah ini yang harus diperhatikan oleh para generasi milenial. Bahwa untuk pergi haji tuh tidak semudah membalik telapak tangan. 

Orang yang punya uang banyak juga tidak bisa langsung mendapat kuota keberangkatan. Ada sistem antrian yang memakan waktu puluhan tahun. Itulah kenapa generasi muda harus melek pengetahuan dan perencanaan niat ke tanah suci. Dengan asumsi, selama masa tunggu itulah perencanaan keuangan bisa dipenuhi dengan mekanisme tabungan yang lebih ringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun