Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menjadi Konsumen Cerdas Secara Finansial dan Sosial di Tengah Ketidakpastian Itu Keharusan

30 Juni 2020   23:54 Diperbarui: 1 Juli 2020   00:00 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Lumbung Pangan Spektakel.id

Banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik dalam ketidakpastian global di tengah upaya pulih dari pendemi. Optimisme dan bahu membahu berbagai elemen masyarakat menjadi antibodi alami atas ketahanan sosial ekonomi. Bukan hanya pemerintah saja yang memiliki tangung jawab atas kondisi yang sedang melanda kita sekarang ini. Melainkan tiap individu yang ada, baik perseorangan ataupun kelompok.

Sebagai seorang ibu rumah tangga kreatif, saya bersyukur masih diberi kelancaran rejeki melalui penghasilan suami. Syukur saja tidak cukup. Dibutuhkan kelihaian dalam mengelola management keuangan rumah tangga. Terlebih dalam  kondisi begini.  Ingin rasanya mengencangkan ikat pinggang, namun antisipasi dan upaya menjaga imunitas keluarga agar sehat dan tetap produktif butuh kecerdasan finansial tersendiri, khususnya dalam berbelanja.

Berada di rumah selama kurang lebih 3 bulan nyatanya pemenuhan kebutuhan harus tetap ekstra maksimal. Bagi yang memiliki anak sekolah, kebutuhan ekstra quota Internet untuk mendukung pembelajaran di rumah patut diperhitungkan. Begitupun dengan ekstra kebutuhan lain berupa vitamin, persediaan masker, dan hand sanitizer yang harus masuk dalam daftar persediaan yang ada di rumah.

Belanja kebutuhan selama pendemi banyak dilayani secara online. Mau tidak mau suka tidak suka adaptasi terhadap dunia digital ditengah ketidakpastian memang mutlak diperlukan.

Apresiasi yang tinggi saya sampaikan kepada mereka yang kreatif dengan usaha rumahan yang dipasarkan secara online melalui media sosial. Namun saya juga terhenyak ketika membaca testimoni dari seorang teman yang harus menanggung kecewa setelah berbelanja online di sebuah market place akibat kalap belanja.

Habis 800 ribu tapi barangnya tidak karuan. Begitu kalimat yang ditulis yang membuat saya pun memberikan komentar. Berawal dari situlah saya yang selama masa pandemi memilih untuk menjadi konsumen dari kawan-kawan yang memiliki usaha rumahan. Dan membantu promosi minimalis dengan memberi testimoni dan mengup-load produk mereka di media sosial.

Ya, di tengah ketidakpastian global, cerdas finansial sekaligus sosial menjadi suatu keharusan. Berikut hal yang saya lakukan agar menjadi konsumen cerdas finansial dan sosial.

1.Berbelanja offline sesuai kebutuhan maksimal 2 buah untuk 1 item barang

2. Memberi jeda/jarak waktu saat ingin membeli sesuatu diluar kebutuhan mendesak minimal 3 hari maksimal 3 minggu. Hal ini untuk melatih kita terhindar dari lapar mata. Biasanya setelah waktu jeda tersebut, keinginan membeli menjadi menurun atau bahkan tidak ingin sama sekali.

3. Memanfaatkan promosi potongan harga sesuai kondisi keuangan, atau promo beli 1 gratis 1 dengan harga yang wajar.

4. Batasi saldo dompet digital ketika akan belanja online. Agar terhindarkan dari kalap belanja.

5. Sisihkan sebagian belanjaan untuk berbagi pada orang lain. Misalnya saat saya mendapat promo beli 1 gratis 1 maka 1 untuk sendiri, 1 lagi diperuntukkan untuk berbagi.

6. "Jimpitan beras" setiap akan memasak nasi. Bisanya ketika saya memasak 3 takar beras, maka akan saya sisihkan 1 takar untuk dikumpulkan dalam tempat terpisah. Jika sudah terkumpul lumayan banyak bisa menjadi sarana berbagi/donasi.

Dok.pri membeli produk UMKM rekan Kompasianer Depok dan bantu promo di medsos
Dok.pri membeli produk UMKM rekan Kompasianer Depok dan bantu promo di medsos
7. Membeli produk usaha rumahan (UMKM) yang sedang dirintis/dijalankan oleh teman serta membantu mempromosikan di media sosial. Ini kerap saya lakukan sebagai wujud saling support.

8. Tergabung dalam kegiatan sosial baik menjadi relawan atau mendonasikan bahan makanan di Lumbung pangan. Sudah 3 x saya mengumpulkan bahan makanan dari hasil promosi beli 1 gratis 1 dimana sebagian saya donasikan pada lumbung pangan baik dikirim lewat jasa logistik ataupun diserahkan secara langsung. Disinilah letak kecerdasan sosial kita menjadi terlatih. 

Dok.pri partisipasi donasi di lumbung pangan
Dok.pri partisipasi donasi di lumbung pangan
Begitulah keseimbangan antara cerdas finansial dan sosial harus berupaya kita wujudkan ditengah ketidak pastian. Kecerdasan finansial harus diimbangi dengan aktifitas bermanfaat. Jika belum bisa menjadi produsen maka setidaknya saya bersiaga menjadi konsumen cerdas yang tetap memiliki kepekaan sosial.

Yuk semangat mewujudkan keduanya agar ketidakpastian itu tidak menganggu #Makroprudensial Aman Terjaga demi pulihnya stabilitas keuangan di segala sektor kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun