Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Inspirasi Geliat Industri Kreatif Yogyakarta, Tantangan Sekaligus Cita-Cita

4 Oktober 2019   23:51 Diperbarui: 5 Oktober 2019   07:26 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.pri Ibu Tunjung pelaku industri kreatif Yogja menerima kenang-kenang dari Head Regional JNE

Era digital ditopang oleh  zaman dimana  para milenial bertumbuh dengan ruang kreatif yang tak pernah kurang. Setiap daerah berlomba memacu masyarakatnya untuk memperkuat industri kreatif lintas sektor. Pariwisata menjadi salah satu ruang yang seolah memacu detak  jantung industri kreatif  berbasis UMKM untuk terus memompa aktifitas melintas ruang melalui support digital. Yogyakarta, salah satunya.

Setelah sukses menghelat acara bertajuk Kopi Writing di empat  kota sebelumnya, Rabu 2 Oktober 2019 lalu giliran Jogja mendapat kesempatan yang sama menguak tantangan dan peluang Industri Kreatif lokal. 

Bertempat di sebuah tempat kongkow yang memiliki nuansa kreatif lagi apik di kawasan Kota baru, 20 Kompasianer berbaur dengan puluhan awak media di sekitar Yogyakarta   turut hadir menyimak apa dan bagaimana perkembangan Industri kreatif yang banyak ditekuni di zaman kekinian.

dok.pri peserta kopi writing Yogjakarta KOmpasianer dan Jurnalis
dok.pri peserta kopi writing Yogjakarta KOmpasianer dan Jurnalis
Kopi writing JNE di Yogkarta menghadirkan 3 kutub yang berbeda namun saling memberi support terkait majunya industri kreatif itu sendiri. 

Masing-masing adalah Ibu Tunjung Pratiwi selaku pemilik Brand Abekani yang selama ini memasarkan produknya secara Online, Ibu Lucy Irawati selaku Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Yogkarta dan tentu saja Kepala Cabang JNE Yogyakarta Bapak Adi Subagyo. 

Sebelum acara bincang santai serius itu dimulai, turut memberikan sambutan Head of Regional JNE Wilayah Jateng& DIY bapak  Marsudi.

Sesi dialog diawali dengan sharing pengalaman dari Ibu Tunjung yang mengawali usahanya di bidang Kuliner. Merasa kurang berjodoh dengan kuliner, dia pun merintis usaha rumahan dengan modal awal 2 juta untuk mengadu  peruntungan di aksesoris berbahan kulit.

Siapa sangka usaha itu kemudian berkembang dengan pesatnya hingga brand Abekani cenderung identik dengan tas kulit buatan lokal Yogkarta- Indonesia. Wajar jika kemudian ibu Tunjung ini berhasil memasarkan produknya dengan sedemikian sukses meski hanya dari etalase digital.

dok.pri para nara sumber yang hadir
dok.pri para nara sumber yang hadir
Awalnya pemasaran Abekani hanya melalui beranda Facebook kemudian dirasa perlu, dibuatlah WA grup hingga komunitas ABEKANI LOVERS yang semua anggotanya adalah perempuan/ibu-ibu.

HIngga dalam perjalanannya yang mencapai 10 tahun ini , Abekani memiliki konsumen yang begitu loyal. Tentu ini menjadi salah satu dari sekian sisi yang harus dijaga oleh Ibu Tunjung.

Sisi lain yang membuat Abekani berkembang adalah kelengkapan dokumen yang menyangkut perijinan hingga kelengkapan pajak yang disetorkan.

Meskipun sampai saat ini produk Abekani tidak dijual secara offline dan tidak memiliki toko namun kewajiban pajak tidak bisa ditinnggal begitu saja. Agar tidak menjadi batu sandungan di kemudian hari.

Hal senada disampaikan oleh kepala dinas Koperasi dan UMKM Transmigrasi Ibu Luci Irawati. Sering kali pelaku UMKM merasa puas dengan aktifitas usahanya tanpa memperdulikan up grade terlebih kelengkapan perijinan.

Dalam hal ini Ibu Lucy juga menyampaikan dinasnya aktif melakukan pendampingan kepada pelaku UMKM baik dari sisi pelatihan, kelengkapan perijinan hingga pameran baik lokal di Yogyakarta ataupun di kota-kota lain sebagai sarana promosi produk unggulan industri kreatif dari Yogyakarta agar lebih dikenal.

Sementara itu Kepala Cabang JNE, Bapak Adi Subagyo berharap Industri Kreatif Jogja mampu bersaing dengan industri kreatif dari kota-kota lain, seperti misalnya Bandung.

Untuk industri fashion, Bandung lebih memiliki nama dibanding Yogyakarta. Untuk itulah JNE hadir dengan konsep friendly logistic yang mempermudah para pelaku industri kretaif berbasis digital khususnya pelaku UMKM

Seperti yang banyak kita ketahui para pelalu UMKM di era digital memasarkan produknya melalui sarana online. Sehingga trend belanja online dengan transaksi di udara menimbulkan konsekuensi pengiriman produk untuk menyempurnakan kewajiban bagi pelaku usaha industri kreat8if.

JNE sebagai mitra logistik tidak sebatas sebagai penyedia jasa antar kirim saja. Melalui freindly logistic, JNE menawarkan berbagai fasilitas sebut saja marketing digital, warehouseing, order fullfilment, technology development hingga shipping management dan tentu saja safety delivery.Bahkan Pak Adi menambahkan, di JNE cabang Yogyakarta tersedia creative space bagi para pelaku usaha UMKM.

Ruangan tersebut terletak di lantai 2 JNE cabang Jogja dapat dimanfaatkan untuk sharing , FGD, pelatihan yang terkait dengan pengembangan industri kreatif di Jogja itu sendiri.

dok. Kevin Naingggholan/Admin Kjog
dok. Kevin Naingggholan/Admin Kjog
Sungguh, Kopi Writing JNE kali ini membuka pengetahuan saya terkait geliat industri kreatif di Yogyakarta. Bukan hanya warga Yogyakarta saja yang ingin mencoba peruntungan membuka usaha disana.

Diam-diam saya pun memiliki rencana jangka panjang, memiliki sebuah usaha kretaif di kota yang menurut ssaya layak disebut sebagai salah satu surga kreatifitas di Indonesia.

salam kreatif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun