Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Fiksi Ramadan: Panggil Aku Fitri

23 Mei 2019   18:02 Diperbarui: 23 Mei 2019   18:32 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber Republika.co

Dua pasang mata saling menatap, ruangan sederhana itu sepi tanpa ada sepatah katapun terucap. Mereka terjerembab dalam pertikaian kecil perihal rencana merayakan lebaran. Masing-masing "kekeuh" mempertahankan pendapat harus berada dimana lebaran nanti. Tak mungkin mereka berpisah jalan sendiri-sendiri. Sebagai pasangan suami istri, apa kata tetangga di kampung nanti saat pulang kok hanya sendiri.

Lebaran tahun ini menjadi cobaan tersendiri bagi mereka. Tak seperti tahun tahun sebelumnya yang selalu ada tradisi mudik keluar kota. Hanya satu kali mereka berlebaran di tanah perantauan, itupun karena alasan utama faktor kesehatan Nono yang belum bisa diajak berpergian jauh setelah mengalami kecelakaan dan kakinya harus dioperasi. 

Entah kenapa dua tahun yang dulu begitu santai menjalani hidup menuju hari raya. Tak seperti tahun ini. Fitri begitu merasa dirinya diuji bertubi-tubi. Hingga sesaat menjelang datangnya puasa, dia harus mengambil keputusan atas ketidakjelasan keadaan. 

"Ri,Upayakan lebaran ini kita bisa pulang ya..."Nono berusaha memecah keheningan

"Mbok ya jangan maksa mas, lebaran dimanapun toh sama saja, atau kita pulang ke tempatku saja yang lebih dekat?"

"Tapi aku malu Ri..., aku tidak seperti yang dulu" Nono lirih berkata

"makanya jangan memaksakan keadaan" Fitri menegaskan sembari berlalu dari ruangan

Entah dengan cara apalagi perbedaan pendapat sepasang suami istri itu menemukan titik tengah. Bagi Fitri, lebaran bukanlah menjadi momentum yang harus dipaksakan. Bukan tidak ingin berkumpul bersama keluarga, tapi jika dengan berkumpul itu justru malah membebani hingga menjadi omongan bagi anggota keluarga yang lain buat apa?

Sembari bebenah batin fitri terus berkecamuk, ingin membawa Nono ke dalam alam pikirannya yang lebih realistis. Dia bahkan sudah memutuskan untuk tetap bertahan di tanah perantauan meski lebaran datang. 

Apapun yang terjadi, jangan sampai lebaran justru menjadi ruang bagi bertambahnya dosa. Perempuan itu bahkan telah berencana mencari kerja serabutan apa saja di sekitaran Ibukota. Dia ingin mengembalikan kondisi jika tidak bisa seperti yang dulu, setidaknya bisa lebih baik dari saat ini.

Gejolak batin dan pemikiran Fitri seolah menjelma menjadi monolog yang tengah ia pertontonkan di atas pentas kehidupan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun